Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Semerbak Belerang Saat Kunjungi Lumpur Lapindo dan Jurus Wawancarai Tukang-tukang Ojek

Ingin berlama-lama mengamati Lumpur Lapindo, pernafasan terusi semerbak belerang menyengat. Belum lagi dikitari tukang-tukang ojek.

Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Semerbak Belerang Saat Kunjungi Lumpur Lapindo dan Jurus Wawancarai Tukang-tukang Ojek
Kompasiana/ Rushans Novaly
Semerbak belerang terasa menyengat saat berada di bibir tanggul lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. 

TRIBUNNEWS.COM - Kesempatan bertugas di Sidoarjo membuat saya punya kesempatan mengunjungi lumpur lapindo di wilayah porong.

Sebelum berangkat menuju Sidoarjo saya mendapat permintaan dari beberapa teman untuk mengunjungi sumber semburan lapindo. beberapa orang malah minta dibawakan serpihan lumpur dari lapindo sebagai kenang kenangan.

Saya meng-iyakan saja permintaan teman teman saya tersebut. Walau dalam hati saya juga sebenarnya sangat ingin melihat langsung apa yang terjadi di sidoarjo tersebut. Toh, perjalanan tugas ke sidoarjo belum tentu saya dapatkan lagi.

Namun mengingat tugas ke sidoarjo cukup penting dan memiliki beban kerja yang sangat padat. Saya harus mengatur waktu agar bisa mencuri waktu mengunjungi wilayah porong. Dan waktu yang memungkinkan adalah pagi pagi sekali sebelum jam kerja.

Maka sehabis sholat subuh saya langsung bergegas meninggalkan hotel . Sebelumnya saya sudah mencari tahu arah dan cara menuju porong.


Mengaji di bibir tanggul Lapindo

Maklum saya tak menggunakan kendaraan perusahaan karena tempat yang saya tuju bukan bagian dari pekerjaan. Tak elok menggunakan fasilitas perusahaan untuk kepentingan pribadi. Semua ongkos ke porong adalah uang pribadi.

Pagi pagi sekali saya sudah menyetop angkot. Hanya dua kali berganti angkot sampailah saya ke tempat yang dituju. Sebuah tempat yang sangat terkenal ke seantero negeri.

Berita Rekomendasi

Kejadian semburan lumpur yang tak terkendali itu menenggelamkan beberapa desa dan merusak struktur bangunan disekitarnya.

Sesampainya di sisi tanggul yang tingginya hampir 10 meter. Tanggul yang menjulang itu tersusun dari batu batu cadas berupa undak undakan dengan jaring kawat baja sebagai pengikatnya.

Tanggul lumpur itu dibuat agar luapan lumpur tidak meluber menuju jalan raya porong dan jalur kereta api Surabaya- Malang yang berada disisi tanggul.

Untuk naik menuju atas tanggul terdapat tangga darurat terbuat dari batang kayu. Tangga kayu itulah satu satunya akses untuk pengunjung lumpur lapindo.

Sebelum naik tangga seorang lelaki segera menghampiri saya untuk meminta uang . Semacam harga tanda masuk (HTM) .

Lelaki itu berdalih uang itu untuk perawatan tangga dan pengumpulan uang bagi para korban lumpur. Ia sendiri mengaku sebagai korban lumpur lapindo.

Karena tak mau pusing saya bayar saja jumlah uang yang diminta laki laki tersebut. Toh, kalau saya tak mau bayar saya bisa dipastikan tidak dapat melihat lumpur lapindo yang kini sudah di depan mata.


Begitu luasnya kawasan genangan Lumpur Lapindo
Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas