Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Semerbak Belerang Saat Kunjungi Lumpur Lapindo dan Jurus Wawancarai Tukang-tukang Ojek

Ingin berlama-lama mengamati Lumpur Lapindo, pernafasan terusi semerbak belerang menyengat. Belum lagi dikitari tukang-tukang ojek.

Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Semerbak Belerang Saat Kunjungi Lumpur Lapindo dan Jurus Wawancarai Tukang-tukang Ojek
Kompasiana/ Rushans Novaly
Semerbak belerang terasa menyengat saat berada di bibir tanggul lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. 

Setelah membayar saya pun menaiki tangga kayu. Karena masih pagi dan hari kerja tak ada seorang pengunjung selain saya. Padahal menurut info bila hari libur banyak orang dari sekitar sidoarjo bahkan dari daerah yang jauh datang berwisata di areal lumpur lapindo.

Setelah sampai diatas tanggul. Pemandangan yang menarik saya saksikan. Bau khas dari lumpur tercium. Seperti bau belerang. Letupan dari tengah danau lumpur terlihat jelas.

Kepulan asap putih dari tengah danau terlihat membumbung tinggi. Untuk kepentingan pengendalian lumpur di atas tanggul dibuat jalan untuk memudahkan alat berat badan penanggulan lumpur sidoarjo (BPLS) bergerak.

Ditengah danau lumpur terlihat beberapa alat berat milik BPLS teronggok. Ketika saya mengunjungi lumpur lapindo memang sedang ada permasalahan terkait tuntutan korban lumpur lapindo yang belum dipenuhi pihak PT Minarak Lapindo dan pemerintah.

Korban lapindo memang tidak mengijinkan pihak BPLS melakukan kegiatan apapun. Coretan bernada protes di sebuah pos BPLS bisa saya lihat penuh emosi. Beberapa alat berat juga menjadi sasaran coretan .

Sesampai di atas tanggul. Dua orang lelaki kembali menghampiri saya. Satu orang menawarkan jasa ojek sepeda motor berkeliling danau lumpurl. Satu orang lagi menawarkan VCD kejadian lumpur lapindo.

Berkali kali dua lelaki itu membujuk saya. Walau agak terganggu dengan tawaran kedua lelaki tersebut saya berhasil mengulur waktu dan memanfaatkan keduanya sebagai sumber berita .

Berita Rekomendasi

Kedua lelaki itu juga mengaku sebagai korban lumpur lapindo. Bahkan mereka dengan sedikit emosi mengumpat pihak-pihak tertentu yang tak adil dan tidak peduli terhadap korban semburan lumpur.

Saya terus memancing keduanya bercerita tentang lumpur lapindo. Mereka juga menunjukkan dimana dulu rumah mereka dan beberapa kuburan orang tua dan orang orang yang mereka cintai.

Dengan cukup detail mereka bercerita tentang desa mereka. Termasuk kehidupan mereka saat ini yang harus menyewa sebuah rumah petak yang kurang layak.

Karena saya sudah berhasil mengulur waktu dan mendapatkan beberapa informasi sebagai gantinya saya memakai jasa ojek motor untuk berkeliling dan mendapatkan gambar-gambar yang lebih banyak.


Kepulan asap belerang di kawah Lumpur Lapindo

Walau cukup mahal harga yang ditawarkan saya tetap membayar dengan ikhlas. Semoga saja uang tersebut dapat sedikit membantu mereka hari itu.

Sayangnya saya tak bisa berlama lama mengunjungi lumpur lapindo. Saya harus kembali ke hotel untuk sarapan pagi. Jam 10:00 pagi adalah jam terakhir hotel memberikan layanan sarapan pagi kecuali saya akan mencari makan diluar hotel.

Selain Pekerjaan Stock Opname juga sudah menunggu di salah satu gerai Toko perusahaan kami yang beroperasi di kota Sidoarjo.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas