Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Langgar Dhuwur, Mushala Tertua di Kota Tegal, Inilah Bukti-bukti Usianya yang Sudah Uzur

Inilah Langgar Duwur, mushala tertua di Tegal, Jawa Tengah.

Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Langgar Dhuwur, Mushala Tertua di Kota Tegal, Inilah Bukti-bukti Usianya yang Sudah Uzur
Foto-foto: Tribun Jateng/ Fajar Eko Nugroho
Mushala Istiqomah alias Langgar Dhuwur di Tegal, Jawa Tengah. 

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Fajar Eko Nugroho

TRIBUNNEWS.COM - Tegal tak hanya dikenal sebagai Kota Bahari. Wilayah di jalur Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa ini juga memiliki sejarah dalam hal penyebaran Islam di eks-karisidenan Pekalongan.

Napak tilas itu bisa dimulai lewat wisata religi di musala tertua di Tegal, Langgar Dhuwur.

Hawa sejuk langsung terasa begitu menjejakan kaki di musala tua ini.

Hampir semua bagian dari bangunan ini terbuat dari kayu. Bentuknya, gabungan dari kebudayaan Melayu, Jawa dan Arab.


Mushala Istiqomah alias Langgar Dhuwur di Tegal, Jawa Tengah.

Ciri khas kebudayaan Arab terlihat dari ornamen pada dinding. Bentuknya, berupa pahatan garis-garis dan motif kerucut segi lima. Sedangkan kebudayaan Melayu diwakili lubang ventilasi pada pintu dan jendela.

Di bagian dalam langgar yang terletak di Pesengkongan, Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Tegal Barat, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, ini terdapat tiang dari kayu jati.

Berita Rekomendasi

"Tiang itu terbuat dari kayu jati bekas kapal. Dan ini khas bangunan di daratan Jawa," jelas Helmi Saleh (45), pengurus Langgar Dhuwur.

Langgar yang dibangun sekitar 1820 itu awalnya sebuah masjid. Lantaran banyaknya saudagar perantauan yang datang berlayar dan butuh tempat beristirahat, pedagang Melayu bernama Mukmin mengusulkan pendirian tempat ibadah sekaligus tempat istirahat.

Para saudagar asal Gujarat, Melayu, Pakistan, India dan Kalimantan itu akhirnya mengumpulkan material untuk membangunnya. Mereka membeli kayu bekas galangan kapal yang sudah tidak terpakai atau rusak untuk membangun musala dua lantai.

Kayu-kayu tua berbentuk lonjong bulat, memiliki lebar berdiameter sekitar 50 cm dan panjang hampir sekitar 15 meter digunakan sebagai tiang penyangga bangunan. Ada juga dua saka yang berdiri kokoh didalam langgar.

Setelah rampung, tempat ibadah ditempatkan di lantai dua atau disebut Langgar Dhuwur (dhuwur=tinggi). Di lantai ini juga tersedia kentongan yang masih utuh dan berusia hampir 200 tahun. Sementara, lantai dasar menjadi tempat istirahat dan menyimpan barang para saudagar yang singgah.

Dari tempat ini pula, penyebaran agama Islam di Pantura berjalan. Umat muslim mulai bertambah di wilayah Tegal, Brebes, Pemalang, Pekalongan dan Batang.

Langgar yang hanya berjarak sekitar 50 meter dari jalur Pantura, tepatnya dari Jalan Gajahmada, Tegal, ini juga menjadi pusat kegiatan umat muslim. Satu di antaranya, menjadi tempat pemberangkatan jamaah haji yang berasal dari eks-Karisidenan Pekalongan.

"Pemberangkatan haji atau sebagai embarkasi pertama dari wilayah eks-Karisidenan Pekalongan ini ya dari sini, sekitar tahun 1850 silam. Karena, dulu yang mengajak berangkat haji para saudagar dari Melayu dan Gujarat menggunakan kapal," jelas Helmi.

Sebelum berangkat ke tanah suci, jamaah berkumpul di Langgar Dhuwur untuk melakukan manasik dan pembekalan dari Syeh (Zaenal Kadir) yang juga menjadi pendamping selama di tanah suci. Mereka diinapkan selama sepekan. Menurut Helmi, dulu, calon jamaah haji yang berangkat ke tanah tak lebih dari 20 orang.

Helmi mengatakan, langgar seluas 80 meter persegi yang berdiri di atas lahan seluas 172 meter persegi itu belum pernah dipugar. Kini, bangunan yang masuk bangunan cagar budaya tersebut mengalami pengeroposan di beberapa tempat. "Kami telah mengajukan izin dan dana untuk merenovasi ke Pemkab Tegal. Mungkin, baru bisa diperbaiki tahun 2016," ungkap Helmi.

Anda yang ingin merasakan ibadah di musala tertua di Tegal ini bisa mengarahkan kendaraan dari Jalur Pantura (Jalan Gajahmada) ke Jalan S Parman. Meski warga masih menyebut tempat ibadah ini sebagai Langgar Dhuwur namun nama tempat ini telah diubah menjadi Musala Istiqomah. Pergantian nama ini dilakukan 1980. (

Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas