Gua Pancur Pati: Tempat Wisata di Perut Bumi, Ada Istana Kelelawar hingga Batu Sayap Malaikat
Menjelajah gua horizontal ini bisa menjadi sarana pembuktian diri. Terutama, untuk menguji fisik dan menaklukkan rasa takut.
Editor: Malvyandie Haryadi
Jangan lupa membawa air minum untuk menemani perjalanan.
Menjelajah gua horizontal ini bisa menjadi sarana pembuktian diri.
Terutama, untuk menguji fisik dan menaklukkan rasa takut.
"Ada tiga zona di dalam gua. Zona mulut gua memiliki panjang sekitar 100 meter. Di zona ini, sinar matahari masih bisa masuk dan menerangi gua. Selanjutnya zona tengah yang mulai gelap dan zona dalam yang benar-benar dilingkupi kegelapan pekat," imbuh Najib.
Suasana di dalam Gua Pancur. Stalaktit di langit-langit gua menjadi daya tarik Gua Pancur. (Tribun Jateng/Hermawan Handaka)
Gua Pancur termasuk gua basah atau berair. Genangan air setinggi pinggang orang dewasa sudah bisa dirasakan di mulut gua.
Namun, semakin masuk, ketinggian air berkurang secara bertahap, mulai betis hingga mata kaki.
Itu sebabnya, dibutuhkan kehati-hatian lantaran jalur yang dilewati tertutup air.
Kadang kala, ditemukan batangan kapur runcing yang muncul dari dalam gua (stalakmit) dan bisa menimbulkan cedera.
Atau, cekungan dalam yang membuat terperosok.
Meski begitu, keindahan stalaktit atau batangan kapur di langit-langit gua yang memiliki ujung meruncing ke bawah sudah ditemukan sejak mulut gua.
Semakin masuk ke dalam, ukuran dan bentuknya beragam.
Ada yang berongga, menonjol, juga mengalirkan air secara deras.
Tak harus selalu mendongak ke atas untuk menemukan hal menarik.
Dinding-dinding gua juga menyuguhkan berbagai bentuk.