Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ritual Sedekah Bumi Dipercaya Suburkan Tanah di Bengkulu

Pada tahun 2007 silam, terjadi serangan hama jamur. Oleh karena itulah, penduduk setempat turun temurun menggelar tradisi sedekah bumi.

zoom-in Ritual Sedekah Bumi Dipercaya Suburkan Tanah di Bengkulu
Tradisi Ambengan atau Sedekah Bumi di Desa Sumber Urip, Rejanglebong, Bengkulu. Foto: Muhamad Antoni/KBR. 

TRIBUNNEWS.COM – Pada tahun 2007 silam, terjadi serangan hama jamur pada lahan pertanian warga Desa Sumber Urip, Rejanglebong, Bengkulu. Tanaman padi dan sayuran warga pun tak ada yang selamat.

“Waktu mbien aku bek wong pertanian kene pernah intuk se-pop, nek mbien aku keneng jugo hama krespo hampir roto neng kene sifate krespo iku de e mangan batang sayuran (aku waktu itu pernah dapat 1 karung hama krespo, bersama dinas pertanian kami membasmi krespo, aku juga merasakan hama krespo sekarang juga masih ada tapi sedikit),” sampai Tugiran, salah satu petani di desa itu.

Oleh karena itu, hingga kini masih dilakukan tradisi sedekah bumi demi menjaga tanah tetap subur, limpah dengan kemakmuran, dan dijauhkan dari bencana.

Lalu, seperti apakah sedekah bumi di sana? Berikut kisah lengkapnya seperti yang dilansir dari Program Saga produksi Kantor Berita Radio (KBR).

Desa Sumber Urip yang berada di Kecamatan Selupu Rejang, Rejanglebong, Bengkulu berlokasi di kaki Bukit Kaba.

Di sini, mayoritas penduduknya merupakan suku Jawa dan mayoritas bekerja sebagai petani. Beruntung pula, mereka diberkahi tanah yang subur. Oleh karena alasan itulah, penduduk setempat turun temurun menggelar tradisi sedekah bumi atau dalam bahasa Jawa dikenal Ambengan.

Ritual ini sendiri, sudah dilakoni sejak 32 tahun silam.

Berita Rekomendasi

Ada semacam kepercayaan pula, jika kebiasaan ini tak dilakukan maka akan terjadi musibah. Hal ini memang pernah terjadi, pada tahun 2007 –dimana lahan pertanian mereka terserang krespo.

"Inti dari Ambengan sendiri yaitu memanjatkan doa-doa kepada yang kuasa dan doa untuk para leluhur, serta meminta keselamatan, rezeki dan dijauhi dari mara bahaya kepada Yang Maha Esa," kata mbah Waluyo, sesepuh Desa Sumber Urip. 

Sedekah bumi atau Ambengan, diawali dengan doa di dua mata air yang terletak di kaki Bukit Kaba, lalu dilanjutkan dengan shalat berjamaah, pembacaan yasin tahlil, serta ceramah agama. Esoknya, makan bersama yang disediakan penduduk ke balai desa sebagai lokasi berkumpul.

Yang menarik, sumbangan sedekah bumi ini ditentukan berdasarkan hasil rapat desa. Dalam rapat itulah terbentuk panitia penyelenggara Ambengan. Mereka yang nantinya mempersiapkan seluruh prosesi termasuk menarik iuran dari masyarakat sesuai kesepakatan rapat, yakni Rp 35 ribu per rumah.

Masyarakat desa pun percaya, jika ada yang tidak memberikan sumbangan maka suatu ketika akan tertimpa malapetaka terhadap keluarganya. Kembali ungkap sesepuh Desa Sumber Urip, Waluyo.

Inti gelaran Ambengan adalah pertunjukan wayang yang dilaksanakan semalam suntuk pada Jumat Kliwon. Dalangnya yang dipercayai warga desa. Tujuannya, kata Kepala Desa Yadi Sutanto, agar membawa ketentraman.

"Warga sini sudah merasa nyaman kalau dalangnya dari merasi kota Lubuklinggau, ada kharisma sendiri oleh dalang tersebut. Inti dari wayangan adalah memberikan pesan-pesan baik kepada masyarakat dalam lakon perwayangan yang dimainkan," tutur Yadi.

Selama tujuh tahun berturut-turut sejak tahun 2007 dalam prosesi wayangan disertakan Ruwatan dalam lakon perwayangan, intinya untuk mengusir dan menangkal keburukan. Pasca ruwatan selama tujuh tahun, tepatnya pada 2015, lahan pertanian di Desa Sumber Urip kembali menggeliat. Hama krespo pun menghilang.

Panen cabai malah kini, saban harinya bisa mencapai lima hingga enam ton dengan luas lahan 400 hektar. Tanaman lain yang jadi andalan adalah daun bawang dan tomat.

Hasil panen itu kemudian dijual, selain untuk kebutuhan sehari-hari. Dan dari pertanian ini, mereka bisa menyekolahkan anak, membangun rumah, dan membeli keperluan rumah tangga.

Admin: Sponsored Content
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas