Belajar dari Suku Abui di Kampung Adat Takpala Alor, Merawat Kebersamaan Lewat Tarian Lego-lego
Jika ada acara atau ada tamu yang berkunjung ke Kampung Adat Takpala, mereka yang tinggal di pesisir bawah akan datang ke Kampung Adat Takpala.
Penulis: Dewi Agustina
Tarian ini merupakan tarian yang sering diadakan saat upacara adat atau setelah melakukan kegiatan bersama sebagai ucapan syukur, rasa persatuan dan kegembiraan mereka.
Ungkapan rasa syukur tersebut mereka lakukan dengan mengelilingi Mesbah (tempat suci yang disakralkan) sambil bergandengan dan menyanyikan lagu-lagu pujian terhadap Tuhan.
"Pribadi orang Alor Takpala, tidak pernah kebersamaan itu kami tinggalkan, kebersamaan selalu ada," ujar Martinus.
Sambil menari Lego-lego, penduduk Kampung Adat Takpala akan mengajak para tamu ikut menari bersama di atas mesbah.
Rumah Suku Abui
Warga Suku Abui memiliki 14 rumah adat dan 2 rumah besar yang disebut fala foka dan dianggap sakral, yakni yang disebut sebagai Kolwad dan Kanuarwat.
Baca juga: 25 Pemuda Direkrut dan Dilatih Jadi Jurnalis Masyarakat Adat oleh Pemkab Jayapura
Dua rumah ini mewakili rumah sakral untuk warga muslim dan satu lagi untuk yang beragama Kristen.
Rumah yang bertanda hitam pada bagian atasnya adalah rumah untuk warga muslim.
Sementara rumah yang bertanda putih untuk warga Kristen.
"Jadi ketika ada acara ritual itu teman-teman muslim kami undang untuk bisa mengadakan penyembelihan hewan masing-masing di mesbah ini," kata Martinus.
Setelah penyembelihan hewan selesai, maka masing-masing akan mengurus sendiri-sendiri untuk makan.
"Jadi yang teman muslim silakan sudah sembelih selesai, masak dimana di dalam rumah silakan. Yang Kristen pun demikian jadi tidak saling mengganggu," ujarnya.
Sedangkan rumah yang ditinggali warga Suku Abui terdiri dari 4 tingkat.
Tingkat pertama digunakan untuk rapat, tingkat kedua untuk tidur.