Mengenal Buaian Kaliang, Permainan Tradisional Ala Bianglala Kegemaran Warga Pariaman
Permainan buaian adalah wahana semacam ayunan menyerupai bianglala mini yang terbuat dari kayu yang terdapat di Kota Pariaman, Sumatera Barat.
Editor: Choirul Arifin
Isal mengatakan buaian kaliang dulunya diperkenalkan oleh orang keling atau India di Pariaman.
"Makanya dinamakan buaian kaliang karena dulu orang-orang keling banyak menjalankan usaha ini," katanya, Minggu (23/4/2023).
Mestika Zed dalam buku Kota Padang Tempoe Doeloe, mencatat persinggungan bangsa India dengan beberapa kota pelabuhan di pantai barat Sumatra sudah terjadi sejak abad ke-9 Masehi.
Ketika itu orang India sudah melakukan kontak dagang di beberapa kota pelabuhan di sepanjang pantai barat Sumatra, seperti Padang dan Pariaman.
Baca juga: Restoran di Hungaria Patok Tarif Rp 2,2 Juta Per Orang, Tawarkan Sensasi Makan Malam di Bianglala
"Gelombang kedua kedatangan orang-orang India, yaitu orang Keling atau Tamil dari daerah Coromandel, India Selatan. Kebanyakan orang India Keling ini merupakan pedagang rempah-rempah dan kain dari negeri asalnya meskipun jumlah mereka tidak banyak," ujar Mestika Zed.
Persamaan agama Islam membuat orang-orang India ini cepat berbaur dan kemudian mendirikan pemukiman di Padang. Pemukiman tersebut kini dikenal dengan Kampung Keling, di Kelurahan Pasa Gadang yang masih dihuni oleh keturunan orang India.
Masjid Muhammadan yang diperkirakan didirikan pada dekade kedua abad 18, dengan arsitektur khas India, masih berdiri kokoh hingga kini di Pasa Gadang. Selain itu juga ada tradisi serak gulo yang dihelat saban tahun.
Sedangkan di Kota Pariaman, kawasan yang dihuni komunitas keturunan India saat ini berada di bilangan Pasir Lohong, Kecamatan Pariaman Tengah. Kawasan ini juga dinamai Kampung Keling.
Akan tetapi tak ada lagi bukti sejarah seperti bangunan khas atau tradisi terkait kebudayaan India di Pariaman selain wahana bermain buaian kaliang.
Siti Ramlah, 78 tahun, mengatakan ketika ia remaja, buaian kaliang di Pariaman masih dijalankan oleh orang keling atau keturunan India.
Ketika itu, kata Ramlah, buayan kaliang kerap dijumpai di pasar malam. Pada 1980-an, sarana hiburan ini mulai rutin diadakan setiap tahun, seiring penataan kawasan Pasar Pariaman dan Pantai Gandoriah menjadi objek wisata.
Laporan reporter Nandito Putra | Sumber: Tribun Padang