Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Blog Tribunners

Software Bajakan Berisiko Terkena Malware

Dewasa ini praktik bajak-membajak di masyarakat Indonesia seakan sudah menjadi hal yang biasa. Mulai dari lagu, buku, hingga software tak luput dari p

Penulis: Ahmad Nur Salim

Menurut pendapat pribadi penulis, menghentikan praktek pembajakan merupakan hal yang benar-benar utopis.

Akan lebih realistis untuk mencoba menguranginya. Tapi apa yang bisa dilakukan? Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah menggunakan software gratis dan open source.

Berbeda dengan software propertiary/closed source yang berbayar, hampir semua software open source gratis dan source codenya bebas untuk diubah sesuai dengan kebutuhan kita.

Pada tahun 2004, lima kementerian yaitu Kementerian Negara Riset dan Teknologi, Departemen Komunikasi dan Informatika, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, dan Departemen Pendidikan Nasional mendeklarasikan IGOS (Indonesia, Go Open Source).

Apa itu IGOS? IGOS adalah sebuah gerakan untuk meningkatkan pengembangan software open source di Indonesia. Gerakan ini diharapkan dapat diikuti oleh semua lapisan masyarakat.

Bagi mereka yang membutuhkan keamanan, software open-source merupakan pilihan yang tepat.

Linux, sistem operasi open source, adalah sistem operasi yang digunakan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat dan NASA. Melihat fakta tersebut, keamanan Linux tidak perlu diragukan lagi.

Berita Rekomendasi

Namun, penggunaan software open source tidak serta merta bisa menjadi solusi untuk menurunkan tingkat pembajakan software.

Bagi sebagian orang, penggunaan software berbayar merupakan suatu keharusan karena seringkali software open source mengalami masalah pada kompatibilitas. Selain itu, migrasi dari software berbayar ke software open source tidaklah mudah.

Bagi suatu perusahaan atau instansi, mungkin dibutuhkan biaya training maupun support yang tentu saja tidak sedikit.

Contohnya seperti yang terjadi pada tahun 2011 di kota Pesaro, Italia.

Pemerintah sering mendapat keluhan dari pegawai karena sering mengalami masalah kompatibilitas pada dokumen yang dikerjakan hingga memakan total ribuan jam kerja setiap tahunnya dan pada tahun 2014 beralih ke software berbayar.

Dari pernyataan pemerintah Presario, terjadi penghematan biaya sebesar  80%. Penghematan ini berasal dari biaya support, training, dan sebagainya. Dari kasus tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada kenyataan di lapangan, penggunaan software open source tidak selalu lebih murah.

Salah satu poin penting untuk mengurangi praktek pembajakan software adalah kesadaran diri dari masing-masing pihak. Kesadaran akan hak cipta dan dampak buruk dari penggunaan software bajakan harus dimunculkan di dalam diri masyarakat. Selain itu para penegak hukum juga berperan penting dalam upaya mengurangi praktek pembajakan software.   

Selengkapnya

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas