Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Silsilah Prof Dr Yuddy Chrisnandi yang Tak Banyak Diketahui
Hampir semua orang tahu Prof Dr Yuddy Chrisnandi adalah menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dalam kabinet Jokowi JK.
Editor: Hasanudin Aco
Pada tahun Mei 2015 Yuddy Chrisnandi dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Pembangunan Ekonomi Industri dan Kebijakan Publik, oleh Universitas Nasional (UNAS). Upacara penganugrahan gelar professornya dihadiri langsung wakil presiden RI Jusuf Kalla.
Secara berkelakar Jusuf Kalla menyampaikan bahwa dulu _image_ seorang professor adalah berusia tua, rambut sudah menipis dan cenderung dianggap "pikun".
"Hari ini kesan itu dirubah oleh Yuddy, dia muda, rambutnya masih tebal dan tentu tidak pikun, tapi sudah punya gelar professor," kata JK disambut tawa hadirin.
Tak banyak orang tahu perjalanan karir Yuddy di bidang akademisi. Publik, lebih mengikuti perjalanan karir politik dirinya di Golkar sejak lulus kuliah tahun 1991, bergabung di DPP Golkar mulai dari Pokja Seni Budaya hingga menjadi Calon Ketua Umum Partai Golkar pada Munas Golkar 2009.
Pada munas yang berlangsung di Pakanbaru Aburizal Bakrie terpilih sebagai Ketum Golkar, bersaing dengan Surya Paloh. Kemudian Yuddy “Hijrah” ke Hanura hingga terpilih Menjadi Menpan RB dan kembali Ke Partai Golkar setelah saat mendapatkan tugas sebagai Duta Besar.
Karir akademisnya ia lewati dengan usaha keras dan panjang. Ia mendaki dari lantai paling bawah. Setelah menyelesaikan kuliah S1 di Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran Yuddy memutuskan berhenti dari dunia perbankan di tahun 90-an. Ia meneruskan kuliah S2 di Universitas Indonesia.
Saat yang sama ia menjadi staf honorer bagi dosen pembimbingnya di fakultas pasca sarjana ekonomi UI sembari menimba ilmu politik di pokja kepemudaan Partai Golkar.
Untuk mencukupi biaya hidupnya Yuddy nyambi mengajar di UNAS pada tahun 1995 hingga menjadi Dosen tetap di FE unas selepas selesai S2-nya dari FE UI.
Di kampus, Yuddy menemukan kebahagiannya. Idealisme dalam pemikirannya sebagai seorang akademisi terjaga lantaran dirinya bisa terus berinteraksi dengan mahasiswa.
Setelah meraih S3 dan terus mengajar, pada tahun 2000 ia dipercaya sebagai lektor kepala di UNAS.
Pada pertengahan tahun 2011 Yuddy memeroleh kesempatan penilaian atas kajian ilmiah, hingga akhirnya ditawari mengikuti seleksi majelis guru besar UNAS pada Januari 2012.
"Kajian saya mengenai political engineering berupa rekayasa politik elit untuk pembangunan jangka panjang diterima dan saya menjadi guru besar tingkat universitas.
Hasilnya pun dibawa lagi ke Kopertis dan diseleksi selama setahun, namun ternyata kala itu jurnal yang mengantarkan saya sebagai guru besar tingkat universitas dinilai ketinggalan jaman karena sudah terlalu lama,” ungkap Yuddy kepada wartawan ketika itu.
Penulis: Egy Massadiah
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.