Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Total Marketing Ala Dubes Ukraina Yuddy Chrisnandi
Hampir setahun setelah duduk menjadi Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI untuk Ukraina merangkap Georgia dan Armenia, Februari 2018 Yuddy Chri
"Petinju kita pasti kesulitan mencerna ilmu yang menggunakan teknologi tinggi karena keterbatasan bahasa, apalagi banyak istilah-istilah yang sangat teknis," kata Yuddy.
Spontan Yuddy meminta Anton Galushka-Adaikin pemuda Ukraina yang pernah belajar bahasa Indonesia di Malang Jawa Timur tahun 2002. Kepada lulusan Institut of Oriental Study and Internasional Relation itu Yuddy menyampaikan bahwa atas nama KBRI dan demi Merah Putih mohon perkenan kiranya Anton menolong meluangkan waktu sebagai penerjemah profesional selama atlit tinju Indonesia berada di Kharkiv.
"Ini mesti ada solusi. Konsen kita prestasi Indonesia. Saya bicara dan meminta Anton membantu. Kasihan petinju kita kesulitan memahami bahasa Ukraina meski sudah diterjemahkan ke bahasa Inggris. Tentu lebih mudah kalau dari bahasa Ukraina langsung ke bahasa Indonesia," kata mantan menteri Menteri PAN-RB itu.
Langkah gesit Yuddy itu menggembirakan para atlit tinju. Dubes yang pernah menjadi Anggota DPR ini siap menanggung biayanya. Maklum dana untuk penterjemah tidak tercantum dalam anggaran rombongan.
"Tenang bapak manajer dan adik adik atlit. Urusan biaya penerjemah tanggung jawab saya sebagai Duta Besar. Selain itu, apa pun kesulitan dan kendala selama berada di Ukraina, 24 jam silahkan hubungi Duta Besar dan staf KBRI. Kami ingin anda nyaman dan merasa aman di sini. Ini salah satu bentuk kepedulian dan dukungan kami untuk Asian Games," kata Yuddy yang disambut tepuk tangan para atlit.
"Percuma jauh-jauh ke sini dengan ilmu pakai teknologi tinggi, tapi atlit tak bisa memahami dengan baik", tambah Yuddy.
Seminggu berada di Ukraina saya menyaksikan langsung keseharian YCH. Menjelang berangkat ke kantor, setidaknya 3 sampai 5 menit ia memainkan piano di ruang tengah kediamannya. Lagu patriotik Indonesia Pusaka dan Padamu Negeri berdentang semarak. Mendengar lagu-lagu Indonesia saat jauh dari bumi pertiwi sungguh mengandung makna yang tak terwakili kata kata.
Di atas mobil, yang disupiri oleh Yurah warga Ukraina, YCH selalu membuka Alquran dan membacanya dalam hati, setidaknya 5 sampai 7 menit. Alquran mungil itu terselip rapi di saku bagian belakang kursi pengemudi.
YCH juga merupakan pengunjung setia mesjid Ar Rahmah Kiev Ukraina. Kebiasaannya setiap usai shalat Jumat YCH membungkus nasi samin kebuli daging panas yang dijajakan di depan mesjid. Penjualnya pria asal Uzbekistan. Satu porsi isinya melimpah dan meleleh saat dikunyah dalam cuaca minus 3 derajat celcius. Sebuah sensasi kuliner yang membahagiakan.
Dan di Kiev saya “mencuri” tips sehat YCH. Kunci yang membuat YCH selalu fit dan gembira ternyata adalah puasa sunnah Senin Kamis nya yang rutin. Juga jalan pagi selama satu jam minimal dua kali seminggu di sekitar Wisma Duta.
Di kantor dan di rumah, sekurangnya masing-masing 30 menit sehari mata dan telinganya memelototi you tube. Semangat belajarnya berbahasa Rusia sungguh menggebu. Tak heran ia kini fasih berkomunikasi dengan pedagang-pedagang souvenir di kawasan wisata kota Kiev.
Di ulang tahunnya yang ke 50, YCH telah menunaikan dengan baik kapasitasnya sebagai “pelukis” Indonesia di manca negara. Kanvas-kanvas yang tadinya sepi mulai ramai dan semarak. Aneka warna berkelindan memenuhi ruang aktifitasnya.
Baca: Komisi IV Apresiasi Ketersediaan Stok Beras Jatim
Dan kelak, suatu hari, anak muda bernama Prof. Dr. Yuddy Crisnandi ini juga menjadi obyek penting dalam sebuah lukisan besar yang bernama Indonesia. Pertahankan orisinalitas dan juga kesederhanaan. Bertolak dari yang ada tak ada yang sia sia. Tabik. *