Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Persekusi Digital 3 – Bermain Detektif: Kasus Pemerkosaan
Jika suatu analisa dalam konteks kejahatan masih meragukan apalagi terbantahkan maka analisa itu pasti jauh dari kebenaran.
Editor: Dewi Agustina
SAB dikenal cukup senang melakukan pembinaan kepada para anak buahnya.
Selain itu SAB mempunyai juga banyak anak didik. SAB selalu percaya bahwa pendidikan adalah cara untuk menaikan derajat seseorang.
Sejak RA bekerja untuk SAB, RA pun dibina agar menjadi seorang karyawati yang baik dan profesional.
Hubungan keduanya baik, sampai orang tua RA menitipkan kepada SAB agar mendidik RA dengan baik.
Tersentuh dengan harapan orang tua RA, SAB pun menyarankan untuk sekolah lagi agar RA dapat meraih gelar S2 nya. SAB membantu biaya kuliah S2 RA ini.
Sampai pada akhirnya di suatu saat RA membuat tuduhan secara publik bahwa atasannya yang bernama SAB telah melakukan pemerkosaan terhadap dirinya sebanyak 4 kali.
Berbagai bukti sepihak pun dimunculkan untuk mendukung tuduhan tersebut. Namun secara basis deduksi ala Sherlock Holmes bukti yang dimunculkan masih jauh dari meyakinkan.
Kronologi
Ada pun secara kronologis penulis kemudian berusaha menetapkan masalah tuduhan RA terhadap SAB tersebut.
Munculnya permasalahan SAB dengan RA ini dapat dijadikan sebagai contoh persekusi yang mengarah kepada character assassination (pembunuhan karakter) dengan berita dan tuduhan yang bersifat bombastis dengan mengesampingkan azas praduga tidak bersalah.
RA, sang pemberita bukannya melapor kepada pihak kepolisian atau Komnas Perempuan, tetapi langsung mempublikasikan dalam berbagai cara ke media sosial sehingga terjadilah trial by press.
Setelah berita-berita yang menyudutkan SAB dan menghancurkan nama baik dan reputasi beliau untuk bangsa dan negara ini selama 40 tahun, serta nama baik kehormatan keluarga merebak di internal tempat bekerja dan media sosial, RA dengan arahan dosen AA mengadakan konferensi pers yang nyata-nyata menyerang secara subyektif SAB, baik sebagai pribadi maupun keluarga beliau dengan penayangan foto putri beliau yang tidak ada sangkut pautnya dengan permasalahan antara SAB dan RA.
SAB secara jantan telah mengajukan surat pengunduran diri kepada Presiden, atasan langsung SAB.
Hal ini bersamaan dengan penyelenggaraan konferensi pers beliau, dengan alasan utama untuk berkonsentrasi penyelesaian masalah hukum.
Alhamdulillah, respon Presiden sangat cepat yang menunjukkan kearifan Beliau, Keppres pun keluar yang mengatakan pemberhentian dengan hormat SABdari jabatannya dan disertai ucapan terima kasih atas pengabdian dan jasa-jasa SAB selama menjabat di institusi tersebut.
Ada beberapa hal yang perlu disampaikan untuk keseimbangan persepsi media sosial terhadap permasalahan yang selama ini cenderung memberikan porsi yang tidak seimbang sehingga menimbulkan persepsi yang jauh dari konteks yang relevan, sebagai berikut: