Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Ketenagakerjaan di Era Normal Baru
Pandemi COVID-19 diperkirakan akan merubah tatanan kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat ke depan.
Editor: Content Writer
Oleh M. Fadhil Hasan, Ekonom Senior INDEF
TRIBUNNEWS.COM - Pandemi COVID-19 diperkirakan akan merubah tatanan kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat ke depan. Cara kita bekerja, belajar, berinteraksi dan bersosialisasi akan mengalami normal baru yang berbeda dengan sebelumnya.
Banyak resistensi tentang akan datangnya era normal baru ini, namun banyak pula yang memandangnya sebagai sebuah keharusan=dan punya harapan bahwa normal baru justru merupakan hal yang lebih baik daripada normal lama.
Mereka yang menginginkan normal baru melihat tatanan kehidupan normal lama bukan sesuatu yang baik dan patut dilanjutkan karena telah membawa dampak negatif bagi kehidupan manusia secara keseluruhan.
Pandemi COVID-19 ini justru bisa menjadi disrupsi positif untuk memaksa manusia mengevaluasi tatanan kehidupan sosial dan ekonomi yang selama ini berlangsung dan mengarah pada tatanan normal baru yang diharapkan mampu meminimalisir dampak negatif tatanan kehidupan lama. Namun demikian, hingga saat ini kita sendiri belum tahu persis bagaimana bentuk tatanan normal baru tersebut.
Di antara aspek yang diperkirakan akan berubah adalah dunia ketenagakerjaan. Hal ini berkaitan erat dengan fenomena physical distancing yang akan menjadi norma utama dalam kehidupan normal baru. Artinya, akan terjadi pembatasan pergerakan orang, tatap muka langsung, dan interaksi terbuka antara manusia.
Dalam konteks ekonomi (produksi, distribusi dan konsumsi), hal ini kemudian membawa tren baru dalam bentuk automatisasi, digitalisasi dan transaksi daring.
Baca: Masa Pemulihan Ekonomi Tahun Depan, APBN 2021 Hadapi Tantangan Berat
Fenomena ini sebenarnya sudah muncul sebelum COVID-19 seiring dengan kemajuan teknologi informasi, penggunaan internet dan kepintaran buatan (AI). Bahkan sebelum COVID-19 merebak, Jack Ma, pendiri Ali Baba dalam diskusi di Forum Ekonomi Dunia menyatakan bahwa 85% bisnis akan berbentuk e-commerce dan 99% kegiatan perdagangan akan dilakukan secara on line.
Selain itu, skala usaha kecil dan menengah akan mendominasi kegiatan usaha sebesar 80% dan akan mengglobal pada tahun 2030.
COVID-19 diperkirakan akan semakin mempercepat fenomena automatisasi dalam proses produksi, digitalisasi dalam transaksi pembayaran dan kegiatan perdagangan. Selain sejalan dengan norma normal baru yaitu keharusan menjaga jarak fisik mencegah penularan COVID-19, normal baru dalam kegiatan ekonomi juga akan semakin cepat berlangsung karena adanya efisiensi yang diperoleh.
Akan semakin banyak tenaga kerja manusia yang bisa digantikan secara mudah oleh robot. Dari sisi sosial, penggunaan robot relatif tidak menimbulkan dampak negatif pada aspek sosial khususnya terkait hubungan industrial antara pemilik/manajemen dan karyawan.
Dengan adanya efisiensi berbasis automatisasi, berbagai persoalan ketenagakerjaan seperti demonstrasi yang menuntut kenaikan upah bisa diminimalisir.
Tidak hanya itu, proses digitalisasi dalam sistem pembayaran akan mengenyahkan berbagai kegiatan ekonomi yang selama ini ditangani manusia dalam dunia perbankan dan lembaga keuangan.
Bank akan tetap ada tapi banker mungkin tidak diperlukan lagi. Secara bertahap, transaksi jual beli dan perdagangan online akan menghilangkan pasar yang selama ini kita kenal sebagai tempat tukar menukar dan jual beli.
Baca: Hidupkan Lagi Ekonomi AS, Trump Habiskan 1 Triliun Dolar AS untuk Infrastruktur