Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Kandasnya Indonesia Menjadi Acuan Harga Timah Dunia

Intimidasi serius Jokowi terhadap para pembangun imperium mafia sejatinya bersasaran ganda dan tak terpisahkan seperti dua sisi mata uang.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Kandasnya Indonesia Menjadi Acuan Harga Timah Dunia
Istimewa
Edu Lemanto, Direktur Eksekutif LKIP & Mahasiswa Program Doktoral Humanity and Social Science, PFUR, Moscow-Rusia. 

Oleh: Edu Lemanto
Direktur Eksekutif LKIP & Mahasiswa Program Doktoral Humanity and Social Science, PFUR, Moscow-Rusia

TRIBUNNEWS.COM-  Genderang perang melawan mafia pernah ditabuh Presiden.

Jokowi serius?

Satu intimidasi keras terhadap mafia terlihat dalam pernyataannya (Kompas.com, 16/12/2019), berbunyi: “Saya ingatkan kamu bolak-balik, kamu hati-hati. Saya ikuti kamu, jangan halangi orang ingin membikin batu bara jadi gas, gara-gara kamu senang impor gas.”

Jokowi tampak tak rela negara ini dikangkangi mafia dan berupaya menghancurkannya.

Dalam mafia antik, sejarah memang menyaksikan betapa La Cosa Nostra merupakan organisasi kejahatan yang penuh kekejaman, kekerasan dan pembunuhan berdarah.

Dunia rupanya tidak berubah.

Berita Rekomendasi

Tubuh mafia tetap eksis. Ia hanya berganti pakaian. Mafia antik bertampang sangar dan penuh darah.

Baca: Sektor Tambang dan Keuangan Menjadi Penopang Penguatan IHSG

Mafia kontemporer justru berwajah halus, bertangan lentik dan berpakaian necis. Namun, ia tak kalah bengis dari mafia antik dan bahkan lebih kejam darinya.

Mafia tak lagi berjarak dari negara. Mereka merapat ke negara. Mereka menetap dan hidup dalam negara.

Namun, tanpa semangat ke-negara-an dan ke-bangsa-an. Mereka mengangkangi negara tempat mereka hidup. Mereka lebih tepat dianggap parasit.

Tak ada kepedulian pada prinsip “kedaulatan negara”.

Tak ada kebanggaan terhadap negara. Kepentingan bangsa dan negara nomor dua. Nomor satu adalah keuntungan pribadi dan kelompok kendati dengan menjegal sesama anak bangsa.

Kini realisasi ancaman Presiden itu ditagih kembali dan dihadapkan pada masalah serius.

Halaman
1234
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas