Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Habibie dan Kesinambungan Industri Pesawat Terbang Nasional
R dalam R80 sendiri bermakna Regional. Sedangkan 80 bermakna jumlah penumpang. Karena R80 bisa menampung 80-90 penumpang.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Namun ketika N-219 sudah melakukan uji coba terbang perdana pada tahun 2017, di tahun yang sama rancangan R80 sudah dikeluarkan.
Bila R80 adalah pesawat gagasan Habibie, maka sebetulnya kebangkitan PT DI sebagai simbol industri pesawat terbang nasional pun pada akhirnya tidak bisa dilepaskan dari tangan dingin Habibie.
Budi Santoso, Direktur Utama PT DI pascapailit serta orang yang mula pertama menggagas ide N-219 Nurtanio, pada dasarnya tidak bisa dilepaskan dari sosok Habibie itu sendiri.
Sebelum memimpin PT Pindad, Budi Santoso adalah orang yang pernah menjadi bawahan Habibie ketika PT DI bernama PT IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara).
Sebagaimana diungkap Budi Santoso dalam interview dengan sebuah TV Nasional, ketika Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono ingin menghidupkan kembali industri pesawat terbang nasional dan meminta saran Habibie perihal orang yang dianggap bisa mengangkat kembali PT DI, nama Budi Santoso lah yang disebut Habibie.
Lalu bila kita melihat perkembangan PT DI pasca pailit, Habibie sepertinya memang tidak keliru mempromosikan anak buahnya untuk membangkitkan PT DI.
Presiden Indonesia ke-3 ini sepertinya bukan hanya bisa mengeluarkan sebuah rancangan pesawat yang canggih, tetapi juga sudah mendidik banyak orang untuk membangkitkan kembali industri pesawat yang sempat terpuruk pasca krisis moneter 98. (*)