Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Hakikat Berbagi Roti dan Kopi ala Turki dan Prancis

Turki memliki budaya dan tradisi berbagai roti (ekmek) di berbagai gerai penjual roti. Di Prancis ada juga tradisi berbagi kopi di berbagai kedai kopi

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Hakikat Berbagi Roti dan Kopi ala Turki dan Prancis
Serambi Indonesia/Arif Ramdan
FILE ILUSTRASI TURKI - Pemandangan di tepi Selat Bosphorus,Turki, Kamis (17/12/2015). Selat Bosphorus yang menghubungkan Laut Marmara dengan Laut Hitam merupakan batas wilayah antara dua benua, Asia dan Eropa. 

Dua lainnya, ia minta dimasukkan kembali ke keranjang gantung, yang mungkin saja akan sangat berarti bagi si lapar lain.

Saya tercekat melihat sikap si miskin tadi. Ia miskin, tetapi hatinya kaya budi pekerti. Tak lama setelah kedatangan si miskin, datang seorang wanita membeli empat ekmek.

Lagi-lagi, ia tampak mengeluarkan dua, dan mengamanahkan kepada penjual untuk dibagikan kepada yang membutuhkan.

Dengan senyum ramah, si penjual mengangguk dan memasukkan sedekah dua potong ekmek ke dalam keranjang gantung.

Seketika tersaji pelajaran budi pekerti yang sangat agung. Si kaya tidak kikir, si miskin tidak tamak, dan si penjual tidak khianat.

Warisan Sejarah Budaya Masa Usmaniyah

Begitu menyentuh tayangan tadi, membuat saya mencari tahu tradisi apa gerangan yang tampaknya begitu membudaya di kehidupan sehari-hari masyarakat Turki.

Berita Rekomendasi

Dua kata saya dapat “askida ekmek”. Sebuah tradisi yang hidup zaman Kesultanan Utsmaniyah atau yang dikenal era Kekaisaran Ottoman (abad ke-XII). Saya pernah membaca seiris sejarah Turki di masa lalu.

Tradisi itu berawal dari seseorang yang datang membeli roti, lalu membayar seharga dua potong, meski ia hanya mengambil satu. Nah, roti yang satu oleh pembeli dibayar sebagai “askida ekmek” (roti yang ditangguhkan).

Kontribusi makanan bagi sesama itu akan terkumpul, hingga ada yang bertanya, “askida ekmek war mi?” (apakah ada roti yang ditangguhkan?). Si penanya niscaya langsung akan mendapatkan ekmek.

Tradisi mulia dari negeri “sejuta sejarah”. Ini pun mengingatkan saya akan sejumlah kunjungan saya ke negeri Eurasia itu.

Satu kali, singgah di Ankara dan Istanbul, menyaksikan klub Galatasaray menghadang laju raksasa Real Madrid pada laga Liga Champion tahun 2013. Saat itu, saya mendampingi Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) M Jusuf Kalla.

Berkali-kali juga saya transit di Bandara Ataturk Istanbul, untuk setidaknya ngaso sejenak saat akan melanjutkan perjalanan ke Amerika ataupun Eropa.

Diplomasi Kopi di Tepi Laut Marmara

Halaman
1234
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas