Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
India Ala Jambi, Cerewet Ala Ali
Begitu rapat jarak antar satu dan yang lain. Atas nama tradisi, tidak ada yang menghiraukan ancaman virus corona.
Editor: Dewi Agustina
Lelaki 55 tahun ini pun langsung bertindak. Ali tak ingin korban covid di kampungnya berderet deret, sigap ia pun menjadi orang cerewet.
"Saya kebetulan tidak datang, karena sedang berada di luar kota. Istri saya juga tidak hadir, karena menunggui orang tua yang sakit. Dua dari tiga anak saya yang datang. Satu di antaranya positif Covid," ujar Pak Ali, seorang petani sawit itu.
Demi mengetahui corona merembes ke kampungnya, Ali segera meminta semua yang hadir di ritual Punggahan melakukan swab, secepatnya.
Dua hari setelah Punggahan, sebanyak 18 warga datang ke RS Bhayangkara Jambi.
Hasil pemeriksaan, 15 di antaranya positif, dan 3 negatif. Mereka sedia dirujuk ke RSUD Abdul Manap, Jambi.
Kesadaran kolektif warga memutus sebaran pandemi muncul spontan. Sebuah spanduk pun menyambut di depan perkampungan.
Tulisan besar terpampang dan mudah terbaca : *Mohon Maaf, sehubungan dengan meningkatnya kasus covid 19 di Lingkungan Rt 04 Kel. Payo Selincah hingga masuk kategori Zona Merah, maka untuk sementara waktu aktifitas ibadah di Masjid ditutup sampai dengan pemberitahuan lebih lanjut.*
Baca juga: Soal Larangan Mudik, Doni Monardo : Lebih Baik Lelah Dianggap Cerewet Daripada Korban Corona Bederet
Kampung Hangat
"Saya mencoba berkomunikasi dengan dokter. Intinya meminta izin untuk isolasi mandiri di rumah. Saya yang menjamin mereka tidak akan keluar kamar. Saya yakin bisa, karena semua warga di kampung itu ada hubungan famili. Saya pastikan, mereka patuh," kata Ali, yang juga seorang jurnalis.
Permintaan Ali membawa pulang semua keluarganya yang positif dikabulkan.
Setiba di rumah, mereka diminta berdiam diri. Tidak boleh keluar kamar. Semua kebutuhan, dipenuhi oleh keluarga lain yang sehat.
"Keadaannya tetap lebih baik, dibanding kalau mereka harus diisolasi di rumah sakit, tidak boleh dijenguk. Saya khawatir stress, imun turun, malah berakibat buruk," kata Ali pula.
Selang sehari kemudian, satu unit mobil Puskesmas Payo Selincah datang. Dari sekitar 15 warga yang diswab, terjaring lagi 6 orang positif. Sampai saat itu, jumlah korban tercatat 21 orang.
"Nah, saya ikut juga tuh. Tapi negatif. Istri juga negatif. Tapi anak saya yang sulung, positif. Dia mengaku, cipika-cipiki usai Punggahan. Mungkin di situ dia tertular," ujar Ali, yang juga anggota LCKI (Lembaga Cegah Kejahatan Indonesia).