Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Kritik atas Tulisan HMI vs PMII di Muktamar NU ke-34 dan Menyikapi dengan Bijak
Maka dengan ini izinkan penulis yang merupakan seorang santri al-faqir ini untuk memberikan kritikan kepada tulisan tersebut
Editor: Husein Sanusi
Saat ini Gus Yahya menjabat sebagai Katim Aam PBNU sekarang yang waktu itu menolak jabatan Menteri Agama RI saat reshuffle menteri dan digantikan oleh adik beliau, Gus Yaqut Cholil Qoumas.
Masuk paragraf awal tulisan tersebut penulis rasa tidak ada masalah, namun dalam paragraf
empat yang menggiring opini dan membandingkan sanad (hubungan) serta analogi pada
PMII dan HMI ke NU, penulis kira harus diteliti kembali.
Memang secara struktural PMII yang didirikan pada 17 April 1960 pernah menjadi Badan Otonom (Banom) dari NU namun pada 1972 melalui Deklarasi Munarjadi di Magelang menyatakan lepas dari Banom NU dan menjadi independen.
Hal itu berbeda dengan HMI yang didirikan 5 Februari 1947 itu tidak pernah menjadi Banom organisasi manapun karena bersifat independen sejak awal lahir, walaupun pernah diisukan dekat dengan Muhammadiyah karena lahirnya di daerah teritorial Muhammadiyah (Yogyakarta), namun di Muhammadiyah sendiri mempunya Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).
Maka dengan membanding sanad antara PMII dan HMI ke NU merupakan hal yang tidak relevan.
Apalagi membahas tentang hal idiologis dan memojokan HMI merupakan hal yang tidak
relevan juga.
Karena HMI sejatinya merupakan organisasi mahasiswa Islam pertama kali didirikan di Indonesia yang moderat dari awal sampai saat ini.
Dalam hal ini menampung berbagai kalangan mahasiswa Islam, tidak memandang NU, Muhammadiyah, atau apapun.
Dibuktikan dengan banyaknya alumni HMI yang menyebar ke berbagai organisasi. Dan HMI
pun menerima dan menghormati apapun keyakinan amaliyah para kadernya, pernah HMI
juga mengadakan Tahlilan, Ziarah, atau amaliyah NU, juga amaliyah dari organisasi lain.
Penulis sendiri pernah mengadakan bedah buku yang penulis tulis berjudul “Nasionalisme
Pemuda: Pemikiran-Pemikiran KH. Hasyim Asy‟ari” di HMI Komisariat Fakultas Hukum
UII.
Jika dikalangan NU ada Mahbub Junaidi sebagai Ketum PMII pertama (1960-1967), Prof.
KH. Hasyim Muzadi sebagai Ketum PBNU ke-4 yang merupakan kader HMI Malang, KH.
Helmy Faisal Zaini yang sekarang menjadi Sekjend PBNU merupakan kader HMI Ciputat,
KH. Saefullah Yusuf atau Gus Ipul yang pernah menjadi Ketum PP GP Ansor juga
merupakan kader HMI, dan banyak lagi yang lainnya.
Dan ke paragraf selanjutnya pada tulisan tersebut ada hal yang mengganjal yaitu menyajikan
nama-nama kader PMII yang patut menjadi Ketum PBNU, Nusron Wahid.
Nusron Wahid sendiri jika ditelaah lebih dalam merupakan kader HMI Cabang Depok walaupun selepas itu aktif di PMII Cabang Depok.
Beliau pun mengakui kemampuan organisasinya diperoleh dari berproses di HMI sehingga beliau mampu memimpin PMII dan GP Ansor kala itu.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.