Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

KH. Imam Jazuli: Pesantren Harus Membuldoser Mentalitas Kaum Terjajah

saya ingin mengajak untuk membuldoser mentalitas kaum terjajah (inlander mentality) yang sudah lama mencengkeram masyarakat.

Editor: Husein Sanusi
zoom-in KH. Imam Jazuli: Pesantren Harus Membuldoser Mentalitas Kaum Terjajah
Pesantren Bina Insan Mulia.
KH. Imam Jazuli 

Sementara untuk kaum terjajah yang kuat karena kekuasaan atau kekayaan, mereka justru menjadi predator dan manjajah bangsanya sendiri. Melalui orang-orang seperti inilah para penjajah dari luar masuk ke bangsa ini dengan berbagai cara. Kekayaan dan kekuasaan mendorong mereka semakin rakus dengan mengorbankan bangsanya sendiri.

Orang-orang yang bermental terjajah (inlanders) berpikir bagaimana bersekolah dengan cita-cita tertinggi untuk bisa bekerja guna mendapatkan upah. Tidak memiliki panggilan hati untuk berkontribusi pada perubahan bangsa ke arah yang lebih baik. Tidak mau membekali diri dengan pengetahuan, pengalaman, dan skill yang dibutuhkan oleh perubahan masyarakat. Pokoknya, hidup seminimalis mungkin.

Jika Pesantren Bina Insan Mulia hanya diisi oleh santri-santri dengan mental demikian dan wali santrinya juga sama, saya akan kesulitan untuk berkontribusi pada perubahan bagi bangsa ini. Untuk apa punya santri ribuan, tapi tidak mampu mewarnai perubahan apa-apa di masyarakat?

Mentalitas kaum terjajah harus disingkirkan dari pesantren di seluruh Nusantara meskipun ini bukan pekerjaan mudah. Pesantren dirintis oleh para ulama untuk menjadi kawah condrodimuko para tokoh atau para pemimpin di masyarakat. Kalau santri-santrinya bermental buruh, kuli, dan terjajah dan wali santrinya juga sama, mana mungkin harapan dan cita-cita itu terwujud.

Pesantren punya kekuatan yang dahsyat untuk mengakhiri mata rantai kemunduran, kelemahan, dan keterbelakangan bangsa ini. Kekuatan inilah yang perlu kita optimalkan hari ini. Pesantren punya peluang untuk mengubah mentalitas masyarakat.

Selain perlu menyingkirkan mentalitas yang lemah, sebagaimana yang dipesankan Khalifah Ali bin Abu Thalib bahwa syarat untuk memimpin di masyarakat adalah harus kaya harta dan kaya ilmu. Di sinilah pesantren perlu menelaah ulang konten pendidikannya.

Konten atau muatan pendidikan di pesantren perlu dikemas ke dalam tiga bagian dengan sasaran yang utuh dan berkaitan satu sama lain.

BERITA REKOMENDASI

Pertama, pesantren adalah tempat untuk mendapatkan ilmu-ilmu yang berdasarkan wahyu dengan alatnya (Al-Qur’an, hadis, nahwu dan seterusnya) maupun ilmu-ilmu terapan lain berdasarkan dalil-dalil kauniyah, terutama yang dibutuhkan masyarakat, seperti bahasa asing, manajemen organisasi, IT, kemasyarakatan, dan seterusnya.

Kedua, pesantren adalah tempat untuk penggemblengan akhlak atau sifat-sifat dalam jiwa seseorang yang melahirkan perilaku. Akhlak ini bisa dalam bentuk akhlak mental (seperti berani, tegas, dan seterusnya) dan akhlak moral (menaati kiai dan guru, taat menjalankan ibadah yang diperintahkan agama, dan seterusnya).

Ketiga, pesantren adalah tempat untuk memfasilitasi bakat para santri. Semua manusia punya bakat yang nanti akan menjadi modal penting untuk berperan, bekerja, atau berkiprah di masyarakat. Bakat ini tidak akan muncul sebelum ada proses-proses untuk mengeluarkannya.

Contoh, meskipun semua orang normal bisa berbicara, tapi hanya sedikit yang bisa menjadi pembicara, seperti KH. Zainuddin MZ, KH. Syukron Makmun, Gus Mus atau Gus Baha. Kenapa? Untuk mengeluarkan bakat menjadi pembicara dibutuhkan proses latihan. Di sinilah lingkungan pesantren dengan segala gerakannya sangat dibutuhkan oleh para santri untuk mengeluarkan bakat tersebut.

Menanamkan Konsep Diri

Apa yang saya katakan kepada calon santri dan wali santri untuk mengambil kembali berkas pendaftaran jika niatnya hanya ingin bekerja begitu lulus SMK, sebetulnya adalah cara untuk menanam konsep diri yang kuat.

Saya mendorong santri-santri menjadi orang yang kuat di tengah masyarakat. Saya mendorong para wali santri untuk mendukung ajakan ini. Saya yakin, meski tidak semua wali santri bisa menerima ini dengan berbagai alasan, tapi ternyata banyak yang mau dan berkomitmen melakukan perubahan. Sejak 2019, 90% alumni SMK Bina Insan Mulia meneruskan ke perguruan tinggi dan sebagian besarnya ke luar negeri.

Halaman
1234
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
berita POPULER
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas