Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Kehidupan dan Perjuangan

Berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya, pesantren bukan hanya memberi ilmu umum dan agama kepada peserta didik tapi juga mengajari ilmu kehidupan.

Editor: Husein Sanusi
zoom-in Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Kehidupan dan Perjuangan
Pesantren Bina Insan Mulia.
KH. Imam Jazuli 

Mengobarkan Api Iqro’

Apa yang saya lakukan dengan kegiatan pengkajian pemikiran adalah mengobarkan api iqro’ (kemampan membaca) yang merupakan wahyu pertama untuk manusia, dan apesnya justru perintah ini yang banyak ditinggalkan oleh umat Islam. Jangan kan membaca dalam arti berpikir, memahami, atau menelaah, bahkan untuk membaca tulisan saja masih rendah daya baca kita.

Indonesia sebagai mayoritas muslim menempati urutan ke-60 dari 61 negara yang diriset pada tahun 2016. Menurut berita di koran, bangsa ini hanya mendapat skor 0,01 persen atau satu berbanding sepuluh ribu. Bahkan buta aksara al-Quran pun tinggi. Menurut hasil survei yang saya baca, dengan total penduduk 272 juta, survei menunjukkan 65 persen tidak bisa baca (membunyikan huruf) al-Quran.

Padahal, sunnatullah telah menetapkan bahwa negara-negara besar itu maju karena mengamalkan perintah iqra’. Masyarakat berperadaban besar juga maju karena mengamalkan perintah iqra’. Manusia yang kreatif dan inovatif yang banyak menyumbangkan kemaslahatan bagi dunia ini juga karena mengamalkan perintah iqro’. Ada bukti dari kajian banyak ahli bahwa kemajuan sebuah bangsa itu telah didahuli oleh budaya iqra 20 tahun sebelumnya.

Dengan kajian pemikiran ini, saya mengajak para guru dan santri untuk beri-qro’ ke dalam diri. “Dan bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?," (QS. Adz-Dzariyat: 20-21).

Sebagaimana sudah menjadi pengetahuan umum bahwa pada diri setiap insan telah diberi berbagai potensi kehebatan di samping juga potensi kelemahan. Dengan potensi itu, Allah menghendaki agar setiap insan menjadi khalifah yang kuat dan hamba yang taat.

Hanya bagi khalifah yang kuat yang dapat memakmurkan bumi, memberi manfaat, menciptakan berbagai kreasi dan kontribusi. Hanya bagi hamba yang taat yang mampu melayani, tunduk pada aturan ilahi, berakhlak mulia, atau beribadah.

Berita Rekomendasi

Masalahnya adalah seluruh potensi itu disembunyikan oleh Allah dan hanya bagi mereka yang mau membaca yang akan diberi tahu dimana sebetulnya potensi kehebatannya berada. Sebelum seseorang menghilangkan dirinya (menjadi seorang pemimpin dengan menomerduakan dirinya, seperti yang telah dicontoh oleh para kiai dan tokoh), seseorang harus menemukan dirinya lebih dulu.

Untuk membantu para santri menemukan dirinya, selain dilakukan tes bakat minat, Pesantren Bina Insan Mulia juga menyediakan berbagai macam saluran kegiatan untuk merangsang penemuan bakat dan minat. Mereka juga diberi latihan untuk mengeluarkan kekuatan mental, spiritual, dan intelektual. Di samping itu, dibutuhkan pemikiran dan pemahaman yang mendorong mereka untuk terus membaca ke dalam dirinya.

Sebab, bila seseorang gagal menemukan berbagai potensi kehebatan di dalam dirinya, mana mungkin bisa menggunakan? Bila potensi kehebatan itu nganggur, berarti yang banyak dipakai adalah potensi kelemahan dan keterbatasan. Akhirnya, sebagian besar manusia tidak menjadi khalifah yang kuat dan hamba yang taat meskipun sudah duduk di bangku sekolah selama bertahun-tahun.

Kegiatan kajian pemikiran juga mendorong para asatidz, asatidzah, dan para santri untuk membaca orang lain, baik yang masih hidup maupun yang sudah diwafatkan Allah. Membaca orang lain sangat penting asal tidak untuk membaca aibnya saja lalu disebarkan ke orang lain atau untuk tujuan yang negatif.

Membaca orang lain sangat bagus asal digunakan untuk mengambil pelajaran. Maka paslah jika saya dalam pidato dan tulisan kerap mendorong para santri dan guru-guru untuk membaca biografi orang-orang besar.

Bahkan kalau menelaah hadits Nabi yang dikutip dalam Riyadush Sholihin, membaca orang lain adalah perintah. “Tidak boleh hasad kecuali kepada dua (kelompok) orang, yaitu kepada orang yang Allah anugerahkan harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang yang Allah beri karunia ilmu lalu ia menunaikan dan mengajarkannya.”

Membaca orang lain akan memahamkan seseorang akan dirinya, baik kelebihan-kekurangan maupun keunggulan-kelemahan. Apa yang harus dilakukan seseorang dan apa yang harus dihindari seringkali didapat dari membaca orang lain. Bahkan membaca orang lain ternyata berdampak pada kepercayaan diri.

Halaman
1234
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas