Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Kehidupan dan Perjuangan

Berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya, pesantren bukan hanya memberi ilmu umum dan agama kepada peserta didik tapi juga mengajari ilmu kehidupan.

Editor: Husein Sanusi
zoom-in Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Kehidupan dan Perjuangan
Pesantren Bina Insan Mulia.
KH. Imam Jazuli 

Pesantren sudah saatnya menggunakan ajaran agama ini sebagai inspirasi dan aspirasi kekuatan untuk membangun peradaban. Dan itu caranya adalah dengan mendorong mereka masuk ke ruang public dengan memainkan peranan-peranan strategis. Misalnya, menjadi bupati, gubernur, menteri, presiden, pakar urusan public, ahli urusan public, dan seterusnya. Tentu modalnya tidak semata semangat. Perjuangan itu butuh uang, butuh ilmu, butuh kekuatan.

Karena itu, yang paling riil bagi pesantren hari ini adalah mengajarkan ilmu-ilmu naqliyah syari’yah seperti al-Quran, al-hadits, dan pendukungnya lalu harus ditambah lagi dengan penguasaan ilmu-ilmu kauniyah yang dibutuhkan oleh zaman. Santri harus melek IT, melek pengelolaan sumber daya alam, melek perkembangan dunia. Semua itu akan terjadi ketika kita mau mengawalinya dengan dorongan untuk membaca.

Jangan sampai lulusan pesantren hanya hebat ketika menjadi seorang hamba (abdun), tetapi justru keok ketika menjadi khalifah yang harus membangun. Inilah ciri mukmin yang lemah. Tidak berarti dengan menjadi mukmin yang lemah itu salah, tetapi ketika jumlahnya melebihi batas yang bisa ditolerasni, maka secara otomatis posisi kaum beriman juga lemah.

Agar itu tidak terjadi, maka peranan para tokoh, kiai, dan guru dalam memotivasi para santri dan generasi muda agar membaca dan bagaimana mengarahkan bacaan itu menjadi sangat penting. Jangan sampai salah membaca atau malas membaca. Riset hari ini menemukan bahwa sebagian besar orang menggunakan handphone yang canggih itu bukan untuk membaca, tetapi untuk nonton tayangan yang kurang berguna.

Mungkin ada yang berargumen, untuk apa kita terlalu ngoyo mengejar dunia, toh bukankah tujuan kita ke akhirat? Ini juga pendapat yang konyol kalau dikaitkan dengan perintah al-Quran. Kita dilahirkan oleh Allah ke dunia ini bukan untuk menunggu mati. Kita dilahirkan untuk mengisi dunia ini dengan berbagai perbuatan yang di dalam al-Quran disebut amal sholeh.

Bagaimana cara beramal sholeh? Agar perbuatan itu menghasilkan dampak yang besar, pasti membutuhkan modal yang besar juga. Butuh pengorbanan jiwa dan raga, sebagaimana dianjurkan al-Quran.

“Tidaklah sama antara orang beriman yang duduk (yang tidak turut berperang) tanpa mempunyai uzur (halangan) dengan orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya. Allah melebihkan derajat orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk. Kepada masing-masing, Allah menjanjikan kebaikan dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan balasan yang besar,” (QS. An-Nisa: 95).

Berita Rekomendasi

Dengan kata lain, belajar agama itu bukan untuk bekal mati dalam pengertian menghindari panggilan untuk mengurus dunia ini, justru kita belajar agama untuk mengisi kehidupan dunia ini dengan perbuatan, karya, prestasi, dan kontribusi yang dilandasi iman. Inilah bekal kita ke akhirat nanti. Jadi, pesantren pada hakikatnya adalah kawah pendidikan kehidupan dan perjuangan agar lahir agen-agen perubahan di masyarakat.

*) Penulis adalah pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia 1 dan Bina Insan Mulia 2 Cirebon. Pernah dipercaya sebagai Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015. Penulis merupakan alumnus Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; alumnus Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; juga alumnus Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; dan alumnus Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies.

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas