Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Gus Dubes yang Membumi dan Melayani, Bapak Bagi Penuntut Ilmu di Tunisia
Dubes RI untuk Tunisia, Zuhairi Misrawi, terkenal sebagai sosok yang membumi dan melayani siapapun termasuk pelajar yang sedang menuntut ilmu di Tunis
Editor: Husein Sanusi
Gus Dubes yang Membumi dan Melayani, Bapak Bagi Penuntut Ilmu di Tunisia
*Catanan Perjalanan KH. Imam Jazuli, Lc., MA
TRIBUNNEWS.COM - Orang bijak berkata, "persahabatan akan diuji dengan harta dan tahta." Jika kebersamaan kita belum pernah diiuji dengan dua hal diatas, maka kualitas persahabatan kita masih bisa disangsikan.
Karena tak sedikit cerita, begitu sahabat kita sedang naik daun, atau ekonominya melejit atau menjadi pejabat, seketika semua berubah bukan?
Maka jangan heran begitu posisi berubah, cerita masa lalu tinggal masa lalu, dan kedekatan yang dulu pernah terjalin erat, kini memudar.
Bukankah kita sudah sering mendengar cerita demikian? Dalam bahasa agama, hal seperti itu disebut istidraj, yaitu semacam ujian berupa kenikmatan, dan banyak yang gagal melewatinya.
Baca juga: Tunisia, Sejarah dan Pengaruh Revolusi Melati pada Dunia Arab
Penulis bersyukur kesan seperti ini tidak ada pada sahabat Gus Zuhairi Misrawi Lc., MA (Gus Dubes), kendati semuanya kini telah berubah. Beliau tidak hanya sebagai Duta Besar untuk Tunisia, dengan fasilitas dan kedudukan, tapi tentu juga berdampak pada sisi ekonominya.
Kesan ini penulis dapatkan ketika sesaat kami berjumpa di Bandara Tunisia. Bahkan kini, penulis merasa Gus Dubes justru lebih membumi dengan gagasan-gasannya yang dulu nampak di menara gading.
Hal ini dibuktikan, misalnya walaupun beliau resmi sebagai Duta Besar Republik Indonesia untuk Tunisia, tapi pembawaannya sangat merakyat.
Bagaimana tidak? Dengan jadwal padat yang dimilikinya dan tentu dengan waktu yang amat terbatas Gus Dubes masih menyempatkan menjemput penulis --yang bukan siapa-siapa ini-- di bandara Tunisa.
Padahal penulis ini hanya seorang guru ngaji di kampung, alias rakyat jelata. Lebih dari itu, penulis dan keluarga tidak sekedar dijemput, tapi dilayani dengan layanan Keimigrasian Diplomat. Amazing...
Baca juga: Gus Dubes Tunisia Zuhairi Misrawi dan Negeri Lumbung Peradaban Islam
Kalau dengan rakyat macam penulis ini begini, bisa dibayangkan jika tamunya itu adalah orang penting di negeri ini?
Penulis dulu lama tinggal di luar negeri, tapi sekalipun belum pernah mengetahui Dubes sampai menjemput tamunya ke Airport. Tetapi dari kesaksian mahasiswa Indonesia di Tunisia, Gus Dubes memang memberi teladan bahwa menjadi pejabat negara itu bukan menikmati tahta, tapi harus melayani warga.
Karena alasan itu, tak heran kalau Gus Dubes menjemput sendiri mahasiswa baru di Airport. Sungguh kepedulian dan kerendahan hati yang luar biasa.