Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Gus Dubes yang Membumi dan Melayani, Bapak Bagi Penuntut Ilmu di Tunisia
Dubes RI untuk Tunisia, Zuhairi Misrawi, terkenal sebagai sosok yang membumi dan melayani siapapun termasuk pelajar yang sedang menuntut ilmu di Tunis
Editor: Husein Sanusi
Adapuh mengenai cerita penulis dan keluarga, lebih dari itu, kami langsung dibawa ke Wisma Kedutaan Besar RI di Tunisia untuk Gala Dinner dan disambut dengan seremoni penyambutan meriah, dengan dihadiri seluruh mahasiswa yang sedang studi di Tunisia.
Saat itu penulis merasa sudah seperti orang penting, padahal sekali lagi hanya guru ngaji di kampung.
Dalam sambutannya saat itu Gus Dubes selain menyampaikan ahlan wasahlan atas kehadiran kami, beliau juga memaparkan berbagai langkah strategis yang sudah dilakukan untuk memperbaiki sistem akademik dan non akademik bagi Mahasiswa Indonesia di Tunisia.
Baca juga: Diplomat Sufistik
Progran itu diwujudkan dari mulai menyiapkan Komplek Asrama, hingga urusan terkecil yaitu karpetnya. Bukan itu saja, Gus Dubes juga menyiapkan pendamping dan pengajar mahasiswa di Asrama atas biaya dubes.
Sungguh perkhidmtan istimewa bagi para pencari Ilmu di bumi Tunisia. Alangkah beruntungnya mereka.
Lebih dari itu, Gus Dubes bertekad akan menumbuhkan intelektualitas Mahasiswa dengan berbagai kegiatan seminar, diskusi, kursus bahasa dll., semua itu dengan anggaran dari Dubes. Ah, penulis jadi iri, serasa ingin muda dan menimba ilmu disini.
Sesuatu yang tak penulis dan Gus Dubes dapatkan dahulu ketika masih sama-sama menuntut ilmu di Mesir.
Dan ada yang mengagetkan, saat itu penulis dipaksa Gus Dubes memberikan sambutan. Aneh, padahal penulis ini bukan pejabat.
Karena terus dipaksa, sebagai tamu yang baik, penulis menyampaikan beberapa hal;
Pertama, mendorong mahasiswa tidak sekedar fokus ke akademik secara an-sich, tapi juga dunia aktivis harus dijalani. Seperti menghidupkan kelompok studi, seminar, dan berbagai aktivitas kemahasiswan yang lebih penting ketimbang akademik.
Kedua, cukup s1 saja studi di Timur tengah, selanjutnya Barat (Eropa/Amerika/Australia) harus menjadi target pendidikan lanjutan, tentunya di bidang ilmu pengetahuan umum. Pendidikan agama cukup s1 saja.
Ketiga, seluruh mahasiswa harus mempersiapkan bahasa Inggris sebagai syarat pendidikan lanjutan, juga sebagai window of life dan key of knowledge.
Ini kami ingatkan, sebab semangat zaman masa depan tergantung pada ilmu pengetahuan dan penulis merasa, alumni Tunisia, akan memberi warna kepada Indonesia dengan berbagai gagasan pemikiran dan kontribusi nyata untuk Indonesia lebih Maju.
Terakhir, ada pelajaran penting, yang penulis dapat dari Gus Dubes, siapapun yang saat ini sedang mendapat kenikmatan, ingatlah bahwa kenikmatan itu datangnya dari Allah sehingga harus disyukuri dengan cara eling dan tetap membumi.
Karena boleh jadi, kenikmatan itu ujian dan kita harus tetap waspada dan bersikap yang sewajarnya, karena semua nikmat itu adalah amanah. Jangan pernah berubah, Gus Dubes adalah teladan terbaik.
*Penulis adalah Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon, Jawa Barat.