Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Memori Tragedi Sabra Shatila dan Genosida di Jalur Gaza

Tragedi penyerbuan kamp Sabra Shatila Lebanon oleh PBB disebut sebagai aksi genosida. Israel kembali melakukan aksi serupa di Jalur Gaza hari-hari ini

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Memori Tragedi Sabra Shatila dan Genosida di Jalur Gaza
AFP/JACK GUEZ
Gambar yang diambil dari kota Sderot di Israel selatan pada tanggal 23 Oktober 2023, menunjukkan asap dan puing-puing membubung di Jalur Gaza utara setelah serangan Israel, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas. Ribuan orang, baik warga Israel maupun Palestina, tewas sejak 7 Oktober 2023, setelah militan Hamas Palestina yang berbasis di Jalur Gaza, memasuki Israel selatan dalam serangan mendadak yang menyebabkan Israel menyatakan perang terhadap Hamas di Gaza pada 8 Oktober. (Photo by Jack Guez / AFP) 

Dua hari sesudah peristiwa itu, Israel menggempur Lebanon. Belakangan diketahui, upaya pembunuhan itu dilakukan kelompok Abu Nidal yang jadi rival PLO.  

Dua bulan peperangan, dicapai gencatan senjata yang disponsori AS. PLO setuju Lebanon Selatan diawasi pasukan internasional.

Sementara Israel setuju tidak menyerang lebih jauh ke Beirut, dan menjamin keamanan warga sipil Palestina yang tertinggal di kamp- kamp pengungsi.

Pada 23 Agustus 1982, Bashir Gamayel, tokoh popular Maronit, terpilih menjadi Presiden Lebanon. Tampilnya Gamayel ini menguntungkan Israel.

Tapi menimbulkan kerentanan politik di Lebanon. Kelompok PLO dan milisi bersenjata Islam di Lebanon tidak menerimanya.

Petugas medis Palestina membawa bayi yang ditarik keluar dari gedung yang hancur akibat pemboman Israel di Jalur Gaza di Rafah, Minggu, 22 Oktober 2023. (AP Photo/Hatem Ali)
Petugas medis Palestina membawa bayi yang ditarik keluar dari gedung yang hancur akibat pemboman Israel di Jalur Gaza di Rafah, Minggu, 22 Oktober 2023. (AP Photo/Hatem Ali) (AP/Hatem Ali)

Israel masih berusaha menemukan para petempur PLO dibantu milisi Maronit. Tetapi situasi mulai berubah ketika kelompok Falangis tidak lagi bisa dikendalikan Israel.  

Mereka menjalin persekutuan dengan Suriah yang memusuhi Israel. Bashir Gamayel perlahan menjauh dari Israel dan menolak tuntutan militer zionis.

Berita Rekomendasi

Pada 14 September 1982, Bashir Gamayel terbunuh akibat ledakan hebat bom yang menghancurkan markas besarnya.

Israel kembali menemukan momentum. Atau mungkin mereka menciptakannya, sesuai keahlian dinas intelijen mereka.

Para pemimpin kelompok perlawanan Palestina dan milisi Islam Lebanon menyangkal terlibat. Menteri Pertahanan Israel saat itu, Ariel Sharon, menuduh orang-orang Palesina pelakunya.

Tuduhan itu memantik murka kelompok Maronit/Falangis, yang lalu atas dukungan pasukan Israel menyerbu kamp Sabra Shatila di Beirut sebagai aksi balas dendam.

Militer Israel yang mengepung sekeliling kamp-kamp, membuat para petempur Falangis leluasa masuk keluar kamp, lalu membantai penghuninya.

Laporan-laporan yang ditulis jurnalis asing, Palang Merah, dan komisi penyelidik yang dibentuk di Israel, ada keterlibatan aktif maupun pasif militer Israel.

Jumlah korban jiwa tidak ada yang akurat dan bisa dipertanggungjawabkan. Tapi angka berkisar antara 400 orang hingga 3.500 orang terbunuh.

Halaman
123
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas