Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Memori Tragedi Sabra Shatila dan Genosida di Jalur Gaza

Tragedi penyerbuan kamp Sabra Shatila Lebanon oleh PBB disebut sebagai aksi genosida. Israel kembali melakukan aksi serupa di Jalur Gaza hari-hari ini

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Memori Tragedi Sabra Shatila dan Genosida di Jalur Gaza
AFP/JACK GUEZ
Gambar yang diambil dari kota Sderot di Israel selatan pada tanggal 23 Oktober 2023, menunjukkan asap dan puing-puing membubung di Jalur Gaza utara setelah serangan Israel, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas. Ribuan orang, baik warga Israel maupun Palestina, tewas sejak 7 Oktober 2023, setelah militan Hamas Palestina yang berbasis di Jalur Gaza, memasuki Israel selatan dalam serangan mendadak yang menyebabkan Israel menyatakan perang terhadap Hamas di Gaza pada 8 Oktober. (Photo by Jack Guez / AFP) 

Ada warga Lebanon, sebagian besar warga pengungsi dari Palestina. Peristiwa ini membangkitkan kemarahan global.

Pada 16 Desember 1982, Sidang Umum PBB mengutuk kematian ini dan menyatakannya sebagai suatu tindakan genosida.

Namun tidak ada tindakan apapun terhadap komandan Falangis, Elie Hobeika, maupun terhadap para pemimpin politik maupun militer Israel.

Hukum internasional terkait kejahatan perang gagal menjangkau para pelakunya. Impuniti benar-benar berlaku total dala peristiwa ini.

Namun Eli Hobeika terbunuh oleh ledakan bom di Beirut pada 2002. Ariel Sharon jadi Perdana Menteri Israel, sebelum berhenti dan sakit mati suri.

Bukti foto-foto  di Sabra Shatila sangat mengerikan. Benar-benar tidak layak ditampilkan. Korban tua muda, laki perempuan, tewas dan berserakan di bagian-bagian kamp yang luas.

Peristiwa mengerikan Sabra Shatila ini menemukan konteksnya hari-hari ini ketika pasukan Israel membombardir Jalur Gaza.

BERITA REKOMENDASI

Serangan yang sudah berlangsung hampir dua minggu itu menimbulkan kematian lebih dari 4.000 penduduk Gaza.

Bom-bom berledakan ada yang ke sasaran terpilih, maupun yang menimbulkan ‘collateral damage’ di tengah permukiman penduduk.

Israel berdalih mereka melakukan usaha bela diri menyusul serangan kilat kelompok Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan sekurangnya 1.400 warga Israel.

Begitu murkanya Israel, mereka telah memobilisasi ribuan mesin tempur dan ratusan prajurit cadangan ke perbatasan Gaza.

Invasi darat disiapkan sejak hari pertama serangan Hamas. Namun hingga kini tak kunjung dimulai, d Israel tampak ragu dan mulai kehilangan momentum.

Tekanan internasional agar Israel menghentikan serangan semakin kuat. Termasuk faktor Washington yang signifikan meredam Israel menggelar invasi darat ke Gaza.

Membunuhi warga sipil, membom masjid, gereja, rumah sakit, adalah bentuk-bentuk kejahatan humaniter atau hukum konflik bersenjata internasional.

Hamas dan Israel sama-sama melakukannya. Hamas hanya satu di antara kelompok perlawanan Palestina, tapi mereka menguasai Gaza.

Israel kembali melakukan genosida, dan tidak ada satupun yang mampu menjangkaunya, karena Israel disokong penuh AS dan sekutu baratnya.(Setya Krisna Sumarga/Editor Senior Tribun Network)

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
berita POPULER
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas