Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Hasto Kristiyanto, Politik Rasa, dan Jokowi yang Berubah
Hasto Kristiyanto membuat catatan yang menggambarkan kesedihan dan luka hati jajaran PDI Perjuangan, ditinggal Jokowi dan keluarga.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Bagian pertama terbaca menggambarkan gundah gulananya Hasto dan jajaran PDI Perjuangan. Kalimat pertamanya tertulis begini;
“PDI Perjuangan saat ini dalam suasana sedih, luka hati yang perih dan berpasrah pada Tuhan dan rakyat Indonesia atas apa yang terjadi saat ini.”
Ini pilihan kalimat yang hampir maksimum untuk menggambarkan suasana hati parpol itu yang syok dan sempat tidak bisa bereaksi apa-apa dalam waktu cepat.
Joko Widodo, Presiden RI saat ini, rupanya benar-benar bersiasat mengawinkan putranya, Gibran Rakabuming Raka, sebagai bakal calon wakil presiden Prabowo Subianto.
Jokowi, biasa ia disebut, benar-benar meninggalkan PDI Perjuangan, parpol yang menyokongnya sejak di Solo hingga karier puncaknya saat ini.
Dukungan PDI Perjuangan itu tanpa henti selama lebih kurang 20 tahun; dua periode Wali Kota Solo, Gubernur DKI (tidak selesai), dan dua periode Presiden RI.
“Banyak yang tak percaya bahwa ini bisa terjadi,” tulis Hasto merujuk sikap dan pandangan anak ranting, ranting dan cabang serta daerah dalam struktur partainya terkait dukungan ke Jokowi.
Tak hanya itu, partainya menurut Hasto juga memberikan privilege besar ke keluarga Jokowi. Tapi kemudian, tulis Hasto, ditinggalkan.
Poin kedua, ketiga, dan keempat Hasto mempertegas sikap dan pandangan partainya terkait cara-cara berpolitik, yang kesemuanya diarahkan ke Jokowi.
Hasto menyinggung fakta keterangan yang didapatnya dari sejumlah ketua umum parpol, yang merasakan kuatnya tekanan kekuasaan dalam mata rantai pencalonan Gibran Rakabuming.
Sekjen DPP PDI Perjuangan ini juga mengingatkan soal spiritualitas, moralitas, nilai kebenaran, dan kesetiaan dalam berpolitik.
Catatan Hasto Kristiyanto ini merupakan sikap dan pandangan pertama yang dipublikasikan orang nomer dua di jajaran PDI Perjuangan.
Melihat tradisi dan karakter organisasi PDI Perjuangan, apa yang dikemukakan Hasto Kristiyanto ini pastilah identik dengan perasaan, sikap dan pandangan Megawati Soekarnoutri.
Hasto Kristiyanto bukan tokoh ingusan dalam politik kepartaian. Ia sosok yang sangat dipercaya Megawati, dan karenanya dilarang menduduki jabatan apapun di luar partai.