Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Fanatisme Kelompok Penyebab Kolonialisme 350 Tahun dan Porak-poranda Umat

Sulit dibayangkan mengapa penjajahan begitu lama, jika bukan karena fanatisme kelompok di kalangan pribumi sendiri yang menjadi faktor terbesarnya.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Fanatisme Kelompok Penyebab Kolonialisme 350 Tahun dan Porak-poranda Umat
Dokumen Pribadi KH. Imam Jazuli.
Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon, Jawa Barat, KH. Imam Jazuli, di Turki, Jumat (13/1/2023). 

Belum lagi kita melihat sejarah Jong Sumatranen Bond, yang didirikan pada 1917 di Jakarta.

Tidak lama kemudian, para pemuda Batak memilih keluar, dengan alasan yang juga sifatnya fanatisme kesukuan.

Menurut pemuda-pemudi Batak, Jong Sumatra hanya didominasi oleh orang-orang Minangkabau.

Jika bukan fanatisme kesukuan, maka fanatisme keagamaan yang muncul.

Misalnya, Serikat Dagang Islam (SDI) yang didirikan pada 1905 di Surakarta sejak awal berniat melawan penduduk pribumi "China", yang kebetulan mendominasi perdagangan nasional.

Tidak bertahan lama, SDI yang berganti nama menjadi Sarekat Islam (SI) pun mengalami perpecahan internal di tahun 1923 saat Kongres Madiun.

SI "Merah" beraliran komunisme dipimpin oleh Semaoen, dan SI "Putih" dipimpin oleh H.O.S. Tjokroaminoto yang beraliran Islamisme.

Berita Rekomendasi

Fanatisme keagamaan ini memang berdampak besar pada keterbelahan umat muslim.

Selain Al-Irsyad, Muhammadiyah, SI, dan nantinya NU di tahun 1926, masih banyak ormas-ormas keagamaan berhaluan Islam lainnya, seperti Mathla'ul Anwar (1916), Persatuan Islam (1923), Al-Washliyah (1930), Al-Khairat (1930), Masyumi (1937), serta lainnya.

Dalam konteks semacam itu, perpecahan tidak bisa disebut sebagai "rahmat", sebagaimana pepatah ulama: "ikhtilafu ummati rahmatun" (perbedaan di kalangan umatku adalah rahmat).

Sebab, memang terbukti, tidak adanya persatuan umat muslim maupun seluruh bangsa adalah akar usia panjang kolonialisme.

Sampai Kapan Perpecahan ini?

Perpecahan memporak-porandakan umat muslim dan bangsa Indonesia umumnya.

Perpecahan tidak saja melanggengkan kolonialisme, tetapi juga menyebabkan upaya-upaya mengisi kemerdekaan menjadi terhambat.

Perhatikan sejarah Orde Lama dan Orde Baru.

Halaman
1234
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas