Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Markas Legiun Asing Prancis di Ukraina Hancur! Apa Artinya?
Serangan ke Legiun Asing Prancis ini pukulan telak bagi Ukraina, sekaligus menguak fakta betapa dalamnya keterlibatan asing dalam perang Rusia-Ukraina
Editor: Setya Krisna Sumarga
Mereka melatih kelompok-kelompok paramiliter berhaluan neo Nazi, yang sejak awal pertempuran jadi tulang punggung Ukraina.
Dari yang sudah ditangkap Rusia, ada sekira 600 tentara asing didakwa melakukan kejahatan perang. Jumlah ini pastinya akan terus bertambah.
Serangan rudal ke markas Legiun Asing Prancis di Kharkov adalah sebuah masalah besar bagi Ukraina dan pendukung baratnya.
Serangan ini diubah dari kemenangan taktis menjadi kemenangan strategis, dan tidak hanya secara fisik, namun juga psikologis, dan di kedua sisi.
Masyarakat di Rusia, dan khususnya di Donbass, dan terutama tentara Rusia meningkat moralnya. Serangan itu juga semakin memperlemah kekuatan Ukraina di garis depan.
Bagi Prancis, ini akan jadi pukulan telak. Mayoritas rakyat Prancis tidak mengetahui secara rinci keterlibatan pemerintah dan militer negara itu di perang Rusia-Ukraina.
Peristiwa ini juga menandai babak semakin runyamnya Prancis menyusul kemunduran pengaruhnya di Afrika Utara.
Di Niger, Mali, dan beberapa negara bekas koloni Prancis, militer negara itu telah diusir. Kemunduran pengaruh juga dialami AS di Afrika dan Timur Tengah.
Keterlibatan Prancis di Ukraina sesungguhnya sudah berlangsung sebelum konflik meletus. Ukraina dijadikan medan perang proksi NATO untuk memperluas pengaruhnya ke timur Eropa.
Agen-agen intelijen Prancis telah lama beropersi di Kiev, dan menjalin kontak intensif dengan tentara bayaran asing selama paruh pertama 2020.
Mantan Presiden Prancis Francois Hollande mengisyaratkan peran Paris yang diremehkan dalam melatih dan memperlengkapi Angkatan Bersenjata Ukraina menjelang krisis.
Dalam sebuah wawancara dengan media Ukraina pada akhir 2022, ia mengatakan Angkatan Darat Ukraina pada 2014 tidak dapat dikenali dibandingkan dengan 2022 berkat perjanjian perdamaian Minsk, yang juga digaransi Prancis.
Para pejabat Rusia memperkirakan Minsk akan menyelesaikan krisis Ukraina, namun pengungkapan Hollande membenarkan pernyataan mantan Presiden Ukraina dan mantan Kanselir Jerman Angela Merkel bahwa Kiev tidak pernah berniat melaksanakan perjanjian damai tersebut.
Kehadiran asing di perang Ukraina ini memperteguh penilaian agresifnya NATO dan tentu AS yang tidak hanya ingin memperlama konflik Rusia-Ukraina.