Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Apa Makna Wawancara Tucker Carlson dengan Vladimir Putin?
Tucker Carlson adalah representasi sikap dan pemikiran konservatif AS, kritikus Joe Biden yang gigih, dan penyeimbang informasi dari media arus utama.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Dalam wawancara, Tucker Carlson kemungkinan memiliki awalan yang agak menggelikan, untuk tidak disebut kecerobohan terkait riset narasumber.
Tapi ini sekaligus menunjukkan apa yang dilakukan Tucker Carlson sebagai wawancara yang genuine, atau tidak dibuat-buat.
Momen singkat itu terjadi saat Carlson mengajukan pertanyaan ke Putin, apakah Putin sampai pada kesimpulan AS, lewat NATO, akan memulai serangan mendadak ke Rusia pada 22 Februari 2022?
Putin menukas, dia tidak pernah membuat pernyataan seperti itu. “Apakah kita sedang melakukan obrolan atau percakapan serius?” tanya balik Putin ke Rucker Carlson.
Putin setengahnya bercanda, mengingatkan eks host Fox News itu. Ketidakcermatan Carlson terdengar seperti orang ngobrol sembari minum bir di bar.
Tetapi di momen itu, Putin mendapat kesempatan besar menjelaskan histori Rusia sejak berabad lalu dan ini nilai plus wawancara untuk memberi perspektif baru tentang Rusia.
Ada banyak hal yang menurut Putin mungkin akan dipelajari oleh banyak orang di barat untuk pertama kalinya.
Anggapan Rusia merupakan ancaman nuklir bagi negara-negara barat adalah sebuah ketakutan yang diciptakan untuk mengambil lebih banyak uang dari pembayar pajak AS demi perang.
Bahwa Rusia selalu terbuka untuk bernegosiasi dengan Ukraina, tetapi Presiden Vladimir Zelensky memiliki dekrit yang melarang negosiasi tersebut.
Mantan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, yang bertindak sebagai anjing kesayangan Washington, melakukan intervensi untuk menghentikan perjanjian damai antara Rusia dan Ukraina satu setengah tahun yang lalu.
Bahwa masalah di Ukraina dimulai pada 2013 ketika Presiden Ukraina pada saat itu menolak perjanjian asosiasi dengan UE karena hal itu secara efektif akan menyebabkan penutupan perbatasan perdagangan dengan mitra utamanya, Rusia.
Bahwa Jerman dapat memilih untuk membuka satu-satunya saluran pipa Nord Stream 2 yang tersisa saat ini jika mereka menginginkannya, tapi hal itu tidak dilakukan.
Langkah itu sebenarnya bisa mengurangi tekanan terhadap perekonomiannya dan masyarakat yang menderita karena defisit gas murah Rusia.
Bahwa Rusia tidak memiliki ambisi teritorial, dan hanya ingin senjata-senjata tersebut berhenti mengalir ke Ukraina dan ke tangan kelompok neo-Nazi yang tidak dibatasi oleh undang-undang Ukraina.
Lalu terbuka fakta satu-satunya alasan Rusia menginvasi Polandia atau wilayah Eropa lainnya adalah jika Rusia diserang.
Selebihnya, poin-poin penting yang disampaikan Putin sudah dipublikasi meluas meski dibatasi oleh sensor barat.
Seberapa dampak wawancara Tucker Carlson terhadap kebijakan pemerintah AS, akan sangat tergantung publik AS dan pilihan mereka pada Pilpres 2024 ini.
Donald Trump, yang mungkin akan ikut kontestasi lagi, sudah sesumbar ia bisa menghentikan perang Rusia-Ukraina dalam beberapa hari saja.
Sebaliknya, Joe Biden yang juga kemungkinan maju lagi di usianya yang semakin uzur, memilih memperpanjang perang proksinya dengan Rusia.
Ada dua kutub politik yang bertolakbelakang, dan publik Amerika akan memilih dan memutuskan ikut di jalur mana.
Tucker Carlson sudah menyediakan argumentasi Vladimir Putin di lapak medianya, yang benar-benar mengisi kekosongan narasi tentang Rusia bagi masyarakat AS.(Setya Krisna Sumarga/Editor Senior Tribun Network)