Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
10 Tahun Kudeta Maidan dan Hasilnya Kini Bagi Ukraina dan Eropa
Kini, 10 tahun setelah Euromaidan, dan dua tahun sesudah pasukan Rusia menggelar operasi khusus, kemerosotan drastis terjadi di Ukraina.
Editor: Setya Krisna Sumarga
“Jerman melakukan apa yang telah mereka lakukan sebelumnya. Namun mereka hanya membayar harga yang jauh lebih tinggi untuk hal yang sama. Ini sangat sangat konyol. Itu semua agar bisa berpura-pura terlihat mendukung Ukraina,” masih kata Beck.
Kepura-puraan seperti ini dilakukan secara telanjang oleh Jerman, demi menghindari tekanan tajam dari AS, kekuatan inti dalam NATO.
Hal serupa dilakukan negara-negara utama Uni Eropa. Demi menghindari tekanan Washington, semua bergerak sama mencoba memberikan dukungan dana dan senjata untuk Ukraina.
Bagi AS di tangan Presiden Joe Biden, perang Ukraina-Rusia masih jadi pertaruhan. Sulit mengatakan mereka akan mundur dan membiarkan Ukraina mencapai kesepakatan damai dengan Moskow.
Joe Biden masih terbelit persoalan anaknya, Hunter Biden, yang terendus mendapatkan konsesi bisnis di Kiev sejak Euromaidan.
Sementara bagi industrialis senjata, perpanjangan konflik Rusia-Ukraina berarti mesin-mesin pembuat senjata akan terus berputar, dan yang artinya ini cuan.
Bagi para elite penghasut perang, langgengnya perang Rusia-Ukraina dipercaya akan melemahkan kekuatan Rusia, dan artinya bisa mengurangi apa yang mereka sebut ancaman bagi Eropa.
Elite pemerintahan Presiden Biden yakin, menjaga aliran senjata ke Ukraina, maka AS akan mencegah konfrontasi langsung dengan Rusia di masa depan.
Setelah merebut Ukraina, Moskow mereka yakini akan menyerang salah satu anggota NATO, yang berarti Washington harus mengirimkan pasukan untuk menyelamatkannya.
Tapi di mata seorang Republikan yang lebih percaya kepentingan domestik AS, seperti Donald Trump, peperangan di Ukraina adalah absurd.
Rusia adalah pemenang perang dengan kekuatan-kekuatan hebat di masa lalu. Mereka pernah mengalahkan Napoleon di masa lalu, dan juga Hitler di era modern.
Menurut Trump, Rusia adalah mesin perang yang telah mengalahkan penjajah terkuat di masa lalu. Karena itu ia turut menolak bantuan tambahan miliaran dolar ke Ukraina.
Karena itu Trump mengulangi klaim sebelumnya, jika ia menjabat di Gedung Putih, maka ia bisa mengakhiri perang itu dalam 24 jam.
Ia juga berargumentasi negara-negara Uni Eropa, yang kepentingannya lebih besar dalam konflik ini dibandingkan AS, harus membayar lebih untuk mendukung Kiev.
Presiden Vladimir Putin berulang menegaskan, Rusia tidak akan dan atau tidak berniat menyerang satu pun negara Eropa, atau anggota NATO manapun.
Satu-satunya skenario di mana pasukan Rusia dapat dikirim ke negara anggota NATO seperti Polandia adalah jika Rusia lebih dulu diserang oleh anggota blok militer pimpinan AS itu.
Kini, 10 tahun setelah Euromaidan, dan dua tahun sesudah pasukan Rusia menggelar operasi khusus, kemerosotan drastis terjadi di Ukraina.
Beribu-ribu nyawa tentara, paramiliter, tentara bayaran asing, berjatuhan di medan tempur Donbass, Mariupol, Bakhmut, dan kota-kota strategis lainnya.
Rusia juga kehilangan banyak prajuritnya, kendaraan tempur darat, laut, maupun udara, serta kerugian material yang tak kalah besarnya.
Namun begitu, di tengah himpitan sanksi Uni Eropa dan AS serta Inggris, perekonomian Rusia tetap stabil. Ekspor migas juga justru naik dengan pasar besarnya di Asia.
Studi terbaru di Eropa menunjukkan rata-rata hanya 10 persen warga Eropa yang percaya Ukraina akan memenangkan peperangan.
Angka itu mungkin akan semakin turun, jika tidak ada prospek lagi bagi Ukraina membalikkan keadaan, sementara logistik mereka sangat tergantung bantuan barat.
Lebih dari itu, militer Rusia mampu memperlihatkan diri sebagai kekuatan unggul yang bisa menghadapi keroyokan banyak musuh lewat proksi Ukraina.(Setya Krisna Sumarga/Editor Senior Tribun Network)