Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Irawati Putri Lolos di 9 Kampus Top Dunia, Kini Kuliah S2 di Stanford University
Irawati Puteri lahir pada tanggal 10 Maret 1998. Ia merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Ayahnya menjadi yatim piatu sejak usia 9 tahun
Editor: Toni Bramantoro
OLEH: Noor Latifah Adzhari
Irawati Puteri lahir pada tanggal 10 Maret 1998. Ia merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Ayahnya menjadi yatim piatu sejak usia 9 tahun yang di mana pada saat itu harus berhenti sekolah.
Sementara ibunya harus berhenti sekolah di usia 16 tahun agar adik-adiknya bisa melanjutkan pendidikan. Ira menempuh pendidikan TK serta SD di Batanghari. Di mana sekolah tersebut merupakan sekolah swasta dengan jumlah murid yang relatif sedikit yakni hanya delapan anak.
Selain itu, sekolah tersebut juga memberikan beasiswa kepada Ira. Ira kemudian melanjutkan sekolah menengah pertama di SMPK 1 BPK Penabur Jakarta.
Ia aktif mengikuti berbagai lomba debat yang ada, Olimpiade Sains Nasional (OSN) serta menjadi jurnalis di Media Best. Setelah lulus, Ira melanjutkan studinya di SMAK 1 BPK Penabur Jakarta. Saat SMA, Ira mendapatkan potongan biaya pendidikan yang cukup besar karena prestasi yang Ia dapatkan.
Setelah lulus dari SMA, Ira memiliki tekad untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi. Di booth Chicken Nugget tempatnya bekerja, Ira selalu mengulang doa yang sama yaitu “Jika Saya hanya bisa memiliki akses ke satu keajaiban dalam hidup Saya, Saya akan mengambil kesempatan ini untuk masuk universitas.”
Ira merasa dirinya tidak akan mampu jika berkuliah di tempat swasta lantaran biaya yang cukup mahal. Sembari dirinya bekerja menjadi Sales Promotion Girl Chicken Nugget, Ira juga menyempatkan diri untuk belajar dari buku kilat seraya menggoreng nugget dan berjualan.
Di tengah itu semua, Ia nekat mendaftarkan diri di Fakultas Hukum Universitas Indonesia berbekal pengalaman menang menjadi best speaker di kompetisi debat Sciencesational (diselenggarakan salah satu lembaga di Fakultas Hukum UI). Uang hadiah yang didapat Ia gunakan untuk mendaftar Seleksi Masuk UI (SIMAK UI).
Alhasil, Ira diterima di 2 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yakni Ilmu Hukum Universitas Padjajaran lewat jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) serta Ilmu Hukum Universitas Indonesia lewat jalur SIMAK UI. Ira memilih untuk melanjutkan studinya di Universitas Indonesia.
Di perkuliahan, Ira mendapatkan beasiswa BCA serta mendapatkan Biaya Operasional Pendidikan Berkeadilan (BPO-B). Selain itu, Ira juga masih melanjutkan untuk bekerja serta mengajar les. Tak hanya fokus pada pekerjaan, Ira juga memperhatikan pendidikannya.
Ia berhasil menorehkan beragam prestasi semasa di kampus di mana hadiah dari hasil lomba yang Ia ikuti Ia gunakan untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari. Bahkan, Ira menjabat sebagai ketua di organisasi debat Fakultas Hukum UI.
Berkat ketekunan dan kesungguhannya, di semester 7 Ira ditawari untuk bekerja di firma hukum. Hal tersebut Ia jalani sepenuh hati serta secara bersamaan hingga Ia lulus kuliah.
Kini, Ira sedang melanjutkan studinya di Stanford University jurusan International Comparative Education and Internasional Policy Analysis.
Ia berhasil mendapat beasiswa penuh dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Fakta lainnya, Ira berhasil lolos di 9 kampus top dunia, antara lain: