Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Sanksi Baru ke Iran Cermin Hipokrisi Barat, Tidak Akan Berdampak Banyak
AS dan Uni Eropa akan menjatuhkan sanksi ke Iran sebagai respon atas balasan serangan rudal Iran ke Israel 13-14 April 2024.
Editor: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA – Iran sukses menunjukkan kemampuan militernya pada dunia saat menggempur Israel lewat gelombang serangan drone dan rudal jarak jauhnya.
Ini serangan langsung Iran sebagai balasan aksi militer Israel 1 April 2024 ke komplek diplomatik Iran di Damaskus, Suriah.
Serangan udara ke Suriah ini menewaskan dua jenderal Korps Garda Revolusi Islam Iran dan lima staf konsulat Iran.
Atas serangan balasan Iran, Israel dipaksa menahan diri oleh Washington supaya eskalasi konflik tidak meluas jadi perang regional.
Sikap patuh Israel itu menerbitkan pertanyaan, benar-benar patuh, atau justru sikap itu jadi alat tawar Israel terhadap AS.
Bagaimanapun dalam perangnya di Jalur Gaza, Israel telah menyiapkan serangan baru ke wilayah Rafah, sesuatu yang ditentang Washington mengingat dampak korban jiwa yang ditimbulkan.
Baca juga: Uni Eropa Tambah Sanksi ke Iran, Khawatir Serangan ke Israel Picu Perang Lebih Luas di Timur Tengah
Baca juga: Terima Laporan Hasil Negosiasi dengan Hamas, Netanyahu: Tak Ada yang Bisa Hentikan Israel ke Rafah
Karena tekanan ini, pemerintah Israel lantas mendesak Uni Eropa dan AS menjatuhkan sanksi baru ke Iran, sesuatu yang akan dilakukan dalam beberapa hari ini.
Washington tengah menimbang sanksi baru yang belum diumumkan detilnya, tapi terkait program drone dan rudal Iran.
Uni Eropa juga mengambil langkah serupa, mengeluarkan langkah-langkah baru untuk mengisolasi Iran.
Namun, keputusan Uni Eropa dan AS itu tidak akan banyak berdampak. Iran sudah berdekade merasakan politik isolasi dari barat.
Dalam perspektif geopolitik, respon Uni Eropa dan AS itu tak lebih usaha menutupi malu dan menyenang-nyenangkan Israel belaka.
Dalam sudut pandang normal, apa yang dilakukan AS dan Uni Eropa tak lebih menunjukkan hipokrisi atau sikap hipokrit barat.
Mereka tidak melakukan apapun ketika Israel menyerang target-target negara asing di Suriah, Yaman, dan Irak.
Aksi-aksi berulang yang jelas-jelas melanggar kedaulatan negara lain, melanggar hukum internasional, dan semuanya seolah kebal hukum karena perlindungan barat.