Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Kemajuan Teknologi Jadi Alat Bantu Kekejaman Israel di Gaza, Sisi Gelap Teknologi dalam Genosida
Perkembangan teknologi seharusnya dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat manusia. Namun, di Israel pada saat ini, kemajuan teknologi jadi alat Genosida.
Penulis: Muhammad Barir
Kemajuan Teknologi Jadi Alat Bantu Kekejaman Israel di Gaza, Sisi Gelap Teknologi dalam Genosida
TRIBUNNEWS.COM- Perkembangan teknologi seharusnya dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat manusia. Namun, di Israel pada saat ini, kemajuan teknologi justru menjadi alat yang mendukung untuk memfasilitasi Genosida di Gaza.
Penulis bernama Anis Rais menuliskan analisisnya di situs The Cradle berjudul, 'Rantai pembunuh digital': Sisi gelap teknologi dalam peperangan.
Dia mengawali analisisnya dengan sebuah pertanyaan. Berikut analisanya yang diterjemahkan secara lengkap.
Apakah Palantir Technologies, Starlink, dan raksasa teknologi lainnya memanfaatkan kesempatan untuk menguji aplikasi perang produk mereka terhadap warga sipil di Gaza, mengubah jalur yang terkepung menjadi ajang pembuktian teknologi mereka?
Dalam beberapa tahun terakhir, titik temu antara teknologi dan peperangan mendapat kecaman publik, sehingga menimbulkan pertanyaan mendalam mengenai etika dan hukum mengenai penggunaan peralatan teknologi canggih oleh militer negara.
Peran analisis data tingkat lanjut dan kecerdasan buatan (AI) dalam konflik modern sedang diawasi secara ketat, terutama ketika nyawa warga sipil dipertaruhkan.
Ketika genosida di Gaza semakin meluas, perhatian beralih ke perusahaan-perusahaan yang teknologinya mungkin memfasilitasi kekejaman Israel sehari-hari, termasuk Palantir Technologies yang berbasis di AS.
Meskipun Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengambil tindakan untuk menangani tuduhan genosida, para penguasa teknologi yang merancang dan memasok peralatan perang sebagian besar masih tidak mendapat tantangan dan rintangan.
Sejak 8 Oktober, lebih dari 36.000 warga Palestina telah terbunuh dalam konflik brutal yang menyebabkan lebih banyak korban jiwa dibandingkan gabungan semua perang lainnya selama dua tahun terakhir.
Hilangnya nyawa tak berdosa dalam jumlah besar ini telah memperbarui pengawasan terhadap teknologi yang secara tidak benar dan sistematis menargetkan warga sipil dan bukannya menyasar para pejuang atau kombatan.
Integrasi Palantir di Israel
Perusahaan seperti Palantir Technologies, yang dipimpin oleh CEO Alex Karp, terlibat dalam terjadinya beberapa kekejaman ini.
Analisis data canggih dan alat AI yang seharusnya memberikan “penargetan presisi” telah membunuh warga sipil secara massal dan telah mengubah peperangan menjadi kampanye pemusnahan yang diperhitungkan dan sistematis dengan sedikit pengawasan manusia.
Didirikan pada tahun 2003 oleh Karp dan Peter Thiel, Palantir Technologies telah berkembang dari startup analisis data yang rahasia menjadi landasan operasi militer dan intelijen modern.