Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Siapa Mak Comblang CLBK-nya JI ke Negara Kesatuan Republik Indonesia?
Siapa mak comblang upaya penyadaran kembalinya JI ke pangkuan Negara Kesatuan Republlik Indonesia saat mereka menyatakan diri bubar.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Mari kita ucapkan selamat datang kepada saudara kita, kepada para anggota eks Jamaah Islamiyah, yang konon menurut pengakuan Para Wijayanto, mantan pimpinan tertinggi Jamaah Islamiyah, anggota mereka ada tidak kurang dari 6.000 orang.
Maka akan ada 6.000 orang yang siap untuk menghidmatkan diri kepada bangsa ini. Belum lagi para santri dari ratusan pesantren yang terafiliasi dengan jamaah islamiyah yang mencapai 16.000 santri, yang akan menjalani pendidikan dengan semangat keagamaan yang baru, yakni semangat keagamaan Ahlus Sunnah Wal Jamaah.
Selesai? Tidak, ini adalah awal dari bagaimana proses panjang aklimatisasi ideologi ini akan berjalan, harus tetap dibersamai oleh seluruh stake holder bangsa ini.
Densus 88 AT Polri, BNPT, Kemenag RI, harus berusaha menjamin kurikulum baru pesantren-pesantren mereka sudah sesuai dengan semangat keagamaan dan keindonesiaan yang kita anut Bersama.
Organisasi-organisasi keagamaan yang berbasis keummatan juga harus ikut dalam membersamai saudara baru kita ini, rangkul mereka.
Pemerintah juga harus melakukan intervensi kebijakan terkait anggota Jamaah Islamiyah, semisal pendampingan sosial, peningkatan life skill dan sebagainya.
Terakhir, idologi tidak akan pernah mudah berbalik arah. Mari sisakan 10 persen kegembiraan, kesyukuran kita ini untuk tetap menghidupkan awareness pada segala kemungkinan buruk pascadeklarasi pembubaran Jamaah Islamiyah.
Soal kemungkinan ada sempalan-sempalan dari anggota yang masih belum bisa move on dari ideologi lamanya.
Kekhawatiran soal ini adalah strategi mereka untuk membaur dengan masyarakat dengan hanya menghilangkan terma “dakwah wa jihad” namun bergeser pada semangat-semangat “dakwah wa tarbiyah”.
Kewaspadaan itu harus, namun peseimistis tidak boleh. Sekali lagi, ini adalah awal, yang akan dijawab dengan multi assesment pasca deklarasi pembubaran mereka untuk selanjutnya.
Kita bangsa besar, bangsa yang selalu optimis memandang segala kebaikan dan tantangan, bubarnya Jamaah Islamiyah ini adalah kesyukuran dan tantangan kita Bersama.
Bukan hanya menjadi urusan Densus 88 AT Polri, namun menjadi tanggung jawab kita sesama anak bangsa dengan kapasitas dan kemampuan kita masing-masing untuk membersamai saudara kita yang baru.
Akhiran, Ahlan Wa Sahlan Wa Marhaban Bi Khudurikum Ikhwan…(*)
*) Isi tulisan ini sepenuhnya tanggungjawab penulis, dan tidak mencerminkan sikap dan pendapat Tribunnews.com.