Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Aksi TMMD ke-122 dan Jalan Asa Petani Cengkeh di Desa Bambasiang Parigi Moutong Sulawesi Tengah
Dan dari 3.003 jiwa Warga Bambasiang, hampir 80 persen mengantungkan hidup pada tanaman rempah yang satu ini.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Itu pun dalam kondisi normal.
Padahal wilayah Bambasiang merupakan daerah rawan longsor, sehingga bila bencana itu tiba, maka hasil kebun tidak lagi bisa terangkut ke kota.
Kendala Daerah Rawan Longsor
Saya mengalihkan pandangan pada para prajurit yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) TMMD Kodim 1306/Kota Palu yang tengah sibuk melakukan cuttingan jalan sepanjang 610 meter lebar 1,5 meter.
Sebanyak 150 personel dari unsur TNI, Kepolisian, Satpol PP, hingga warga, terus mengerjakan cutting-an jalan, dengan merapikan tebing di pinggiran jalan yang rawan timbunan longsor.
“Hujan sering turun Komandan, dan itu sangat menghambat pekerjaan. Bayangkan tiba-tiba akses jalan terputus akibat longsor sehingga pendistribusian bahan material terhambat. Ketika truk tidak bisa masuk ke lokasi sasaran, ya harus mengangkut secara manual. Kita pikul ramai-ramai. Beruntung warga membantu, Komandan. Alhamdulillah, akhirnya pengerjaan pun lancar,” ungkap Komandan Satuan Setingkat Kompi (Dan SSK) Letda Inf Aripin memberi laporan ke saya.
“Hebat. Tapi ingat, kerja keras, wajib, namun jangan lupa jaga kesehatan. Saya tahu cuaca tidak menentu kadang cerah kadang hujan. Dan ketika hujan turun, tahu sendiri kan jalanan licin. Jadi harus hati-hati. Dan sekali lagi jaga kesehatan,” pesan saya seraya menepuk pundak Letda Aripin.
Sejurus kemudian, saya melangkahkan kaki, berjalan mendekati prajurit yang tergabung dalam Satgas TMMD ke-122 ini.
Satu per satu, saya salami mereka, menanyakan kabar, dan meminta bekerja sebaik mungkin demi selesainya pengerjaan cuttingan jalan.
Saya lalu berjalan menjauh ditemani Dan SSK, memeriksa cutting-an jalan yang hampir tuntas.
Setelah sekian belasan langkah saya berhenti, kemudian berjongkok, memastikan kekuatan juga ketahanannya.
Setelah itu saya kembali berdiri dan berjalan balik ke arah prajuritku sambil mengacungkan dua jempol,
“Kalian semua prajurit yang hebat" ucap saya bangga, yang lagi-lagi berbalas, ”Siap Komandan!” teriak mereka kompak.
“Mari kita mengerahkan seluruh kekuatan yang ada untuk menyelesaikan semua target sesuai waktu yang sudah ditentukan. Kalian siap!” teriak saya memberi semangat yang langsung dijawab dengan teriakan kompak, “Siap Komandan!”.
“Kita juga siap komandan,” celetuk Kepala Desa Bambasiang, Abraham yang bersama Pak Yulius, warga yang mendapat program rehab rumah tidak layak huni (RTLH) yang tiba-tiba muncul.