News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Greenpeace: Wilmar Rusak Hutan Indonesia

Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Koalisi aktivis lingkungan, Greenpeace, Jikalahari dan Walhi membagikan masker kepada pengendara di Jalan Sudirman, Pekanbaru, Riau, Rabu (28/8/2013). Selain membagikan masker gratis, para aktivis juga menyuarakan agar masyarakat dapat memilih calon gubernur dan wakil gubernur Riau yang peduli terhadap lingkungan dan hutan. (TRIBUN PEKANBARU/THEO RIZKY)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Greenpeace memastikan sejumlah produk rumah tangga milik Singapura Wilmar International dikontribusi dari perusakan hutan di Indonesia.

Berdasarkan laporan terbaru Greenpeace, merek produk rumah tangga seperti biskuit Oreo, pisau cukur Gillette, dan Clearasil tanpa disadari membuat konsumen menjadi kaki tangan perusakan hutan di Indonesia. Wilmar menjadi pendorong spesies yang terancam punah seperti harimau Sumatera.

Kiki Taufik, Forest Campaign Manager Greenpeace, mengatakan sebagai pemain terbesar di sektor kelapa sawit, Wilmar memiliki kekuatan untuk mengubah industri.

"Namun, hingga Wilmar berkomitmen untuk kebijakan nol deforestasi, perdagangan minyak sawit mereka dengan merek rumah tangga besar seperti P&G, Mondelez, dan Reckitt Benckiser tanpa disadari membuat konsumen turut mendorong kepunahan 400 harimau Sumatera yang tersisa di Indonesia," kata Kiki, Selasa (22/10/2013).

Kiki menuturkan, sektor kelapa sawit merupakan penyebab terbesar deforestasi di Indonesia dan juga di sebagian besar hutan yang dijadikan konsesi kelapa sawit di Sumatera selama 2009-2011 yang teridentifikasi sebagai habitat harimau.

Menurutnya, sektor perkebunan adalah ancaman utama bagi harimau Sumatera, dengan perkiraan hingga 1 juta hektare habitat primer harimau telah dialokasikan untuk konsesi.

"Greenpeace memiliki bukti bahwa perdagangan yang dilakukan oleh Wilmar berasal dari perusahaan yang kegiatan usahanya meliputi pembukaan ilegal, kebakaran di lahan gambut, dan pembukaan habitat harimau," ujarnya.

Greenpeace pun menutut Wilmar agar berhenti mencuci minyak sawit kotor ke pasar global, termasuk menuntut merek produk rumah tangga segera membersihkan rantai pasokan mereka.

"Wilmar tidak memiliki sistem yang tepat untuk memastikan keterlacakan dalam rantai pasokan mereka," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini