Hanya, meski dengan bahan baku dan pengolahan yang sama, belum tentu citarasa kefir yang dihasilkan oleh masing-masing produsen akan sama. Teddy bilang, pengolahan kefir itu semacam seni. Dus, hasil yang diperoleh tergantung dari tangan-tangan pembuatnya. “Kefir prima yang beli dari saya dan orang lain bisa berbeda,” kata Teddy.
Biarpun mendapat pelatihan secara bersamaan, dalam pengembangannya, tiap-tiap orang akan mempunyai teknik dan pengalaman tersendiri, mulai dari lama proses pengadukan, suhu udara pada saat pengolahan, dan bagaimana suasana hati pembuatnya. “Itu semua berpengaruh, termasuk hubungan vertikal dengan Sang Pencipta,” tutur Teddy. Pengalaman juga sangat menentukan untuk memperoleh kualitas kefir yang bagus.
Oleh karena itu, sampai sekarang, Teddy masih mengolah sendiri produksi kefirnya. Meski sudah punya karyawan, mereka hanya bertugas dalam pengemasan akhir. “Saya masih tangani dari proses pembuatan hingga menuang dalam kemasan,” kata Teddy.
Karena daya tahan kefir terbatas, pengiriman kefir harus ditangani dengan baik. Anggi bilang, kefir harus disimpan dalam freezer supaya kualitasnya tak menurun. Alhasil, dalam pengiriman, kefir harus dimasukkan dalam styrofoam dengan dilengkapi ice gel untuk mempertahankan suhu dingin.
Jika tak ingin repot, Anda pun bisa menjajal bisnis kefir ini sebagai reseller. Maklum, pembuat kefir, seperti Teddy dan Anggi, juga melayani penjualan lewat reseller. “Bahkan, reseller biasanya punya merek sendiri,” kata Anggi.
Salah satu reseller produk kefir ini adalah Khanza Dinar yang menawarkan produk dengan merek Moza Kefir di Jakarta. Khanza pun mengakui, minat masyarakat akan produk ini sangat baik.
Meski mengaku bisa membuat kefir sendiri, dia memilih menjadi reseller lantaran kesibukan kerja. Mulai menjual kefir sejak Agustus lalu, Khanza bilang sudah bisa menangguk omzet Rp 3 juta per bulan.
Dia menjual kefir dalam kemasan botol berukuran 250 ml dengan harga Rp 20.000. Sementara, minuman kefir ukuran 1 liter dibanderol harga Rp 80.000. Mengikuti para produsen kefir, dia juga menjual masker dengan beberapa varian. Untuk masker original dijualnya Rp 120.000 per 10 bungkus, sementara varian dengan stroberi, blackberry, dan coklat dijual dengan harga Rp 180.000 per 10 bungkus.
Teddy bilang, bisnis reseller ini tak kalah menggiurkan karena mereka bisa mengambil untung lebih tebal. “Ada, lo, yang dalam waktu tiga bulan sudah mampu beli motor,” cetusnya.
Anda juga tertarik untuk berbisnis kefir? (J. Ani Kristanti)