TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi pada kuartal dua di 2017 sebesar 5,01 persen. Angka tersebut lebih kecil dibandingkan periode sama di 2016 mencapai 5,07 persen.
Pengamat ekonomi INDEF Enny Sri Hartati menilai pertumbuhan ekonomi yang stagnan akibat daya beli masyarakat. Dalam hal ini kontribusi rumah tangga yang hanya naik 4,9 persen dari kuartal 1 2017 mempengaruhi pertumbuhan tersebut.
"Ketika konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 4,9 persen, hampir dipastikan kita akan sangat sulit untuk tumbuh," ujar Enny di Jakarta, Rabu (9/8/2017).
Bahkan Enny pesimis jika pertumbuhan ekonomi bisa meningkat 5,1 persen. Hal itu pun tidak sejalan dengan target pemerintah di APBN Perubahan 2017.
Baca: Status Kawasan Ekonomi Khusus Belum Akan Selesaikan Problem Pelik di Batam
"Hanya mampu pertumbuhan konsumsi 5 persen, secara agregat tidak jauh dari itu," ungkap Enny.
Enny menjelaskan alasan konsumsi rumah tangga vital, karena tidak ada skema lain yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu daya beli masyarakat berkontribusi 80 persen kata Enny untuk pasar domestik.
Baca: BP Batam Tak Punya Back Up Regulasi Soal Pengelolaan Lahan
"Kalau konsumsi rumah tangga stagnan hampir dipastikan investasi stagnan," ungkap Enny.
Enny menambahkan dari sisi ekspor, dan belanja negara saat ini tidak terlalu signfikan. Apalagi ekspor masih menghadapi situasi belum ada perbaikan untuk beberapa komoditas unggulan seperti batubara.
"Komoditas belum recovery atau rebound, sementara keuangan pemerintah kita masih sangat cekak, karena target penerimaan pajak belum tentu tercapai, itu yang membuktikan pe triwulan 2 kita kemarin," kata Enny.