TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Hero Supermarket Tbk (HERO) membukukan penjualan yang lebih rendah daripada tahun sebelumnya.
Bisnis makanan dan minuman diklaim menjadi tantangan utama perusahaan tahun ini.
Pada kuartal III-2017, HERO membukukan penjualan sebesar Rp 9,96 triliun.
Capaian tersebut turun 5% dibandingkan dengan penjualan kuartal III-2016 di mana HERO membukukan penjualan sebesar Rp 10,47 triliun.
Dengan begitu, laba bersih HERO pada sembilan bulan pertama 2017 mencapai Rp 70 miliar, naik 55,5 persen dari laba setahun sebelumnya yang sebesar Rp 45 miliar.
Manajemen melihat, kondisi perdagangan saat ini diperkirakan akan tetap sama sampai dengan akhir tahun.
"Dengan melihat kondisi perdagangan yang masih tetap menantang di bisnis makanan, perseroan sedang melakukan tinjauan strategis," kata Stephane Deutsch, Presiden Direktur HERO dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Jumat (27/10).
Tujuan tinjauan strategis tersebut untuk mendukung profitabilitas jangka panjang bagi perusahaan.
HERO merasa dampak negatif bisnis makanan sejak kuartal ketiga, sesudah momen perayaan Idul Fitri.
Penjualan di bisnis makanan turun 8% menjadi Rp 8,34 triliun disebabkan oleh penjualan like-for-like yang negatif dan penutupan toko dengan kinerja yang lemah di segmen supermarket dan hipermarket.
Untungnya, bisnis non-makanan seperti Guardian dan IKEA membukukan kenaikan pendapatan 13% menjadi Rp 1,62 triliun.
Perbaiki bisnis makanan
Pada bisnis makanan, HERO melihat, persaingan semakin ketat disebabkan oleh operator minimarket terus melakukan investasi besar dalam pengembangan jaringan usahanya.
Beberapa inisiatif untuk memperbaiki kinerja bisnis makanan sedang berlangsung. Termasuk mengkaji strategi promosi dan penetapan harga antar format, memperbaiki tingkat pelayanan pemasok, dan memperbaiki distribusi rantai pasokan untuk meningkatkan ketersediaan stok di toko.