News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kenaikan Harga BBM

Petikan Wawancara dengan Anggota Komisi VII DPR: 'Isu BBM Jangan Digoreng Jadi Kepentingan Politik'

Penulis: Syahrizal Sidik
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aktivitas pengisian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis premium di salah satu SPBU milik Pertamina.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Merangkaknya harga minyak mentah dunia saat ini menembus 80 dolar AS per barel tak bisa dianggap enteng. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan mengumumkan kenaikan harga bahan bakar premium sekitar 7 persen, meski akhirnya dibatalkan.

Sebelumnya, Pertamina (Persero) telah untuk menaikkan bahan bakar minyak untuk Pertamax Series dan Dex Series, serta Biosolar Non PSO pada Rabu (10/10/2018).

Wartawan Tribunnews.com, Syahrizal Sidik mewawancarai Anggota Komisi VII DPR Kurtubi, dari Fraksi Nasdem pada Kamis (12/10/2018).

Bagaimana Pandangan Kurtubi perihal pemerintah yang menunda kebijakan menaikkan bahan bakar Premium.

Berikut wawancaranya:

Minyak mentah dunia sudah tembus 80 dolar per barrel, Pertamina belum menaikkan Premium apa tidak merugi?

Adanya harga minyak naik lalu diikuti oleh naiknya nilai dolar terhadap rupiah sementara kebutuhan BBM dalam negeri dan kebutuhan minyak mentah sekitar separuh harus impor, kalau diimpor itu artinya kita harus membayar dengan dolar. Jumlah minyak mentah yang diimpor sangat besar, jadi argumentasi untuk menaikkan BBM sangat kuat.

Kedua, soal BBM di Indonesia punya ciri spresifik dibanding negara lain. Secara teori, elastisitas harga BBM terhadap perubahan konsumsi atau permintaan BBM dalam bahasa ekonomi namanya inelastic, artinya berapapun harga BBM tidak menyebabkan konsumsi BBM menurun, tetap saja rakyat itu membeli BBM meski hargnya meningkat.

Biasanya barang-barang kebutuhan ekonomi itu kalau harga naik, konsumsi menurun, tapi dalam kasus BBM tidak, ini namanya price in elastic. Jadi kalau menaikkan BBM dengan tujuan konsumsi atau impor menurun, itu tidak memenuhi sasaran.

Ciri spesifik BBM di indonesia lainnya, setiap kali BBM naik dengan persentase tertentu selalu diikuti oleh kenaikan harga barang dan jasa meebihi persentase kenaikan BBM. Jadi kalau BBM naik 10 persen dari harga semula terutama solar atau premium, maka harga kebutuhan sehari-hari di pasar itu naiknya bukan 10 persen, tapi lebih dari 10 persen.

ANGGOTA DPR RI NASDEM KUNJUNGI TRIBUN - Empat anggota DPR RI Partai Nasdem berkunjung ke Kantor Tribun Jakarta. TRIBUNNEWS.COM/FX ISMANTO (TRIBUNNEWS.COM/TRIBUNNEWS.COM/FX ISMANTO)

Dampak kenaikan BBM ke inflasi?

Ciri khas kenaikan BBM di Indonesia punya dampak dignikan terhadap kenaikan inflasi, beda dengan kenaikan harga barang lain misal televisi, sepeda motor, tidak begotu besar pengaruhnya. Tapi kalau solar atau premium naik, pasti akan terjadi kenaikan inflasi.

Inflasi dalam bahasa ekonomi menurunkan daya beli rakyat, kalau golongan ekonomi menengah atas tidak masalah, karena mereka sudah kuat daya belinya, yang punya dampak besar dengan daya beli kalau BBM naik itu menengah bawah, sangat rentan terpengaruh oleh tingkat inflasi.

Jadi, siapapun presidennya harus hati -hari menaikkan BBM karena akan meningkatkan jumah penduduk miskin. Pemerintah memang sudah menganggarkan triliunan rupiah untuk mengurangi jumlah orang miskin, tetapi dengan serta merta orang miskin akan bertambah dengan menaikkan BBM, ini sisi lain.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini