Konsep digital
Memang, dengan menyerahkan pengelolaan ke orang lain, Yudi menuturkan, tidak ada jaminan enggak terjadi kebocoran. Apalagi, sistem yang ia pakai hanya berlandaskan kepercayaan.
Dia pun mengakui, ini jadi kelemahan. “Tapi, kami upayakan SDM yang sudah dapat rekomendasi dari kenalan kami juga teman kami. Saya dari awal sudah ngomong ke calon mitra, sistemnya adalah sistem kepercayaan,” tambahnya.
Tapi, kalau ada mitra yang ingin mengelola sendiri, Yudi membuka opsi itu. Perekrutan SDM jadi tanggungjawab mitra. Meski begitu, “Tetap kami training dulu, kami ajari cara memasak, menyajikan, dan kerja di warteg,” imbuhnya.
Dan jangan heran, jika di satu wilayah rukun warga (RW) bisa ada lima cabang Warteg Kharisma Bahari. Semakin daerahnya ramai, maka semakin banyak cabang di kawasan itu.
Soalnya, Yudi menyebutkan, orang datang ke warteg dengan satu tujuan: makan karena lapar. Beda sama restoran. Orang menyambangi restoran belum tentu lantaran lapar.
Nah, daya jual kemitraan semakin bertambah setelah Warteg Kharisma Bahari mengusung konsep digital sejak tahun lalu. Yudi berkerjasama dengan Bank DKI untuk pembayaran nontunai. Kongsi ini berjalan Oktober 2017.
Sistem pembayarannya dengan memindai (scan) barcode. Si pembeli mesti punya aplikasi JakOne Mobile. “Misalnya, dia makan senilai Rp 15.000, langsung scan barcode saja. Duitnya nanti masuk ke rekening saya. Barcode ada di etalase tempat lauk pauk,” jelas Yudi.
Selain Bank DKI, Yudi juga bekerjasama dengan Bank CIMB Niaga untuk pembayaran nontunai yang akan bergulir Desember nanti. Bentuk kongsinya berupa mesin electronic data capture (EDC).
“Jadi, pakai kartu debit atau kredit bank apapun bisa bayar. Warteg yang kerjasama akan dapat fee, sebulan bisa dapat fee Rp 200.000– Rp 300.000,” sebut dia.
Tetapi, menurut Yudi, belum seluruh cabang Warteg Kharisma Bahari menerima pembayaran nontunai. Sebab, ia tidak memaksa semua mitra untuk mengusung konsep ini.
Sebagian cabang, Yudi menambahkan, juga memiliki fasilitas Wi-Fi gratis. “Wi-Fi ini bisa berfungsi untuk para karyawan juga pembeli,” katanya.
Yudi bercita-cita, cabang wartegnya ada di seluruh penjuru Jabodetabek. Cuma sampai saat ini, belum ada satu pun cabang di daerah Jakarta Utara dan Bogor.
Untuk Bogor, ia memang belum tertarik buka cabang di kota hujan itu. Sedangkan di Jakarta Utara belum ada permintaan sejauh ini. Tapi suatu saat, dia bakal menancapkan kuku di dua daerah itu. Yang jelas, Yudi adalah pelopor warteg bersih, waralaba warteg, warteg digital.