Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga masih terkontraksi minus 4,04 persen pada kuartal III 2020 secara tahunan.
Menurutnya, banyak indikator yang menyebabkan terjadinya kontraksi pada komponen pengeluaran rumah tangga.
Baca juga: BREAKING NEWS: Resmi Resesi, Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal III 2020 Minus 3,49 Persen
"Kalau kita lihat penjualan eceran mengalami kontraksi 9,64 persen yang terjadi baik untuk penjualan sandang, bahan bakar kendaraan, suku cadang, aksesoris, peralatan informasi dan telekomunikasi, perlengkapan rumah tangga, barang budaya, dan rekreasi," tutur Kepala BPS Suhariyanto dalam paparan virtual, Kamis (5/11/2020).
Kemudian penjualan wholesale juga masih negatif seperti mobil penumpang dan sepeda motor.
"Ditambah lagi jumlah penumpang angkutan rel, laut, dan udara yang masih terkontraksi. Demikian juga nilai transaksi uang elektronik, kartu debit, dan kartu kredit," bebernya.
Namun, indikator positif terlihat dalam volume penjualan listrik PLN ke rumah tangga tumbuh menguat 11,62 persen.
Disusul Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) melalui sektor kesehatan dan pendidikan sebesar 2,06 persen.
"Tetapi secara umum, meskipun masih kontraksi tetap tidak sedalam triwulan II 2020 sebesar minus 5,52 persen," Kecuk, biasa dia disapa.
BPS sebelumnya melaporkan pertumbuhan ekonomi RI yang dilihat dari produk domestik bruto (PDB) terkontraksi minus 3,49 persen di kuartal III 2020 (year-on-year/yoy).
Tren negatif ini membuat RI resmi mengalami resesi setelah pertumbuhan ekonomi RI di kuartal II 2020 minus 5,32 persen yoy.