Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi VII DPR RI dari Fraksi PAN Eddy Soeparno menyebut Indonesia lebih diuntungkan ketika Tesla investasi di Energy Storage System (ESS) atau penyimpan energi berskala besar, dibanding baterai kendaraan listrik (EV Battery).
"Dengan adanya teknologi ESS ini, kita tidak hanya mampu membuat mobil listrik berbasis baterai, tapi juga bisa membuat kendaraan transportasi umum berbasis baterai, seperti bus," ujar Eddy saat dihubungi, Jakarta, Jumat (12/2/2021).
Baca juga: Indonesia Akan Kebanjiran Investor Global Jika Tesla Resmi Investasi di RI
Selain itu, kata Eddy, jika sumber daya manusia (SDM) di dalam negeri sudah mampu membangun ESS, maka ke depan dapat membuat pembangkit listrik yang berukuran relatif kecil untuk di daerah-daerah terpencil.
"Jadi daerah 3T (terdepan, terpencil, dan tertinggal) bisa dilayani kebutuhan listriknya, melalui ESS yang punya kapasitas seperti pembangkit listrik," papar politikus PAN itu.
Baca juga: Produsen Mobil Listrik Tesla Tidak Berminat Masuk Bisnis Baterai Kendaraan Listrik
"Saya kira segala sesuatu membutuhkan listrik dan energi, bisa kita kembangkan melalui ESS, ketika kita sudah memiliki teknologi tersebut," sambung Eddy.
Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) telah menerima proposal rencana investasi Tesla pada Kamis (4/2/2021).
Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto mengungkapkan, salah satu bentuk kerjasama yang akan dilakukan dengan Tesla ialah membangun pabrik Energy Storage System (ESS), serupa dengan "powerbank" dalam kapasitas ekstra besar, yakni sampai 100 megawatt (MW).
Dengan kapasitas tersebut, ESS dapat menjadi stabilisator untuk menggantikan pembangkit listrik yang menopang beban puncak alias peaker.
"Dengan Tesla ada juga kerjasama di bidang ESS. Mirip powerbank tapi ekstra besar. Idenya kalau ESS bisa gantikan pembangkit peaker yang hanya digunakan ketika electricity demand jauh melebihi penggunaan listrik rata-rata," terang Seto dalam media conference yang digelar secara daring, Jumat (5/2/2021).