News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Atty Somaddikarya Menganggap Bank Emok Menjadi Momok Bagi Koperasi Indonesia

Editor: Toni Bramantoro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Atty Somaddikarya

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Yudistira Wanne

TRIBUNNEWS.COM,BOGOR - Permodalan Nasional Madani (PNM) persero atau lebih dikenal dengan Bank Emok disoroti langsung oleh Ketua sekaligus penanggungjawab Koperasi Serba Usaha (KSU) Karya Mandiri, Atty Somaddikarya.

Atty menganggap kehadiran Bank Emok menggeser peran dan keberadaan koperasi.

Padahal, imbuh Atty, merajalelanya Bank Emok kerap melilit masyarakat dengan utang tutup utang.

Menurut Atty, nasabah Bank Emok tersebut mendapatkan prioritas bantuan produktif usaha mikro (BPUM) kementerian koperasi (Kemenkop) yang artinya disinyalir Bank Emok berdiri di bawah bendera atau naungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Dengan situasi itu, Atty menyayangkan keberadaan pemerintah yang kurang begitu peduli dan maksimal melindungi koperasi-koperasi yang ada di Indonesia.

"Jadi untuk apa adanya Kementrian Koperasi dan Dinas Koperasi jika keberadaannya tidak begitu peduli dan maksimal melindungi koperasi yang ada di indonesia," ujarnya.

Lebih lanjut, Atty menilai mekanisme pembayaran pada Bank Emok terkesan memberatkan dan menggeser azas gotong royong yang diartikan dan diaplikasikan menjadi sistem tanggung renteng untuk pinjaman macet (nunggak).

"Ya jadi bergesernya pola gotong royong diartikan pada tanggung renteng untuk pinjaman macet. Itu  berkiblat pada sistem ekonomi Muhammad Yunus dari Bangladesh. Jadi bukan berkiblat pada azas gotong royongnya Bung Hatta. Padahal itu sebagai suko gurunya indonesia," bebernya. 

"Sudah jelas-jelas sistem dari wapres RI, Bung Hatta melekat dengan julukan bapak koperasi indonesia, kenapa kita harus ikut arus pemikiran negara lain (Bangladesh)," tambahnya.

Atty melanjutkan bahwa kehadiran Bank Emok perlahan menggerus budaya bangsa dalam ekonomi kerakyatan.

"Tergerusnya budaya bangsa dalam ekonomi kerakyatan. Berkumpul dan berserikat semakin menjauh dari harapan karena lembaga koperasi tidak begitu diperhatikan secara maksimal," tegasnya.

"Dengan begitu pemerintah telihat cuek bebek dengan adanya praktik pinjaman di masyarakat yang dibungkus serta berkedok tanggung renteng," tuturnya menambahkan.

Sementara itu, sistem yang dijakankan Bank Emok dianggap tidak tepat lantaran tidak memiliki kroscek atau analisa terkait nasabahnya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini