Kontan mencatat, untuk tahun ini ABMM menargetkan volume dan penjualan batubara minimal 14 juta ton dan volume overburden removal (OB) tumbuh minimal 25% dibandingkan realisasi 2021.
Sebelumnya, Head of Corporate Communication PT Indika Energy Tbk (INDY) Ricky Fernando mengungkapkan, pihaknya menargetkan dapat mencapai target produksi untuk tahun ini.
"Target produksi Kideco tahun ini sebesar 34 juta ton, sedangkan MUTU sebanyak 1,8 juta ton," kata Ricky, belum lama ini.
Perang Rusia-Ukraina
Rally harga batubara belum menunjukkan tanda-tanda berakhir. Sepanjang Februari, harga batubara sudah menguat sebesar 38,22% secara month over month. Kini memasuki Maret, harga batubara kembali tancap gas dengan menyentuh level US$ 446 per ton.
Bahkan, jika dihitung secara year to date, harga batubara telah menguat hingga 233,83%. Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menduga penguatan harga batubara akibat musim dingin yang berkepanjangan di negara yang memiliki 4 musim baik di Asia, Asia Tengah, Eropa, Amerika serta akibat perang yang berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina.
"Jadi awalnya musim dingin itu seharusnya bulan Februari ini udah selesai tetapi kenyataannya musim dingin ini hingga sekarang ini masih musim hujan. Terutama di seantero negara yang memiliki 4 musim baik di Asia, Asia Tengah, Eropa, ataupun Amerika. Mengalami satu permasalahan musim salju yang ekstrim sehingga kebutuhan batu bara mengalami kenaikan" ujar Ibrahim.
Di sisi lain, Ibrahim menyampaikan perang di Ukraina dan Rusia ini membuat suatu ketegangan baru yang dimana kebutuhan minyak mentah dunia ini semakin tinggi sedangkan produksinya stagnan.
Menurut perkiraan Ibrahim saat produksi stagnan sedangkan harga minyak mentah dunia di atas US$ 100 per barel dan harga gas alam yang juga masih tinggi, orang-orang akan beralih ke batubara.
"Bahwa kebutuhan batubara di setiap negara tinggi sekali pada saat terjadi perang berarti suplai transportasi untuk batubara ke laut Atlantik ke Eropa ini terhambat akibat perang sedangkan hampir semua negara di dunia itu menggunakan pembangkit listrik tenaga uap," tutur Ibrahim Ibrahim juga menyampaikan Cina merupakan salah satu negara yang memasok listrik di Asia Tengah sehingga dengan adanya krisis yang tejadi di Ukraina berdampak juga terhadap Tingkok yang merupakan salah satu importir batu bara terbesar di dunia.
Menurut Ibrahim harga batubara diperkirakan akan mencapai lebih dari 490 dolar AS per ton. "Ya kalau batu bara sudah mencapai 446 dolar AS per ton, bisa saja mencapai 500 dolar AS per ton," ucap Ibrahim.
Ibrahim juga menyampaikan beberapa negara juga memproduksi gas alam, minyak dan batubara tetapi tidak memiliki kecukupan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sehingga harus melakukan impor dan akan memfokuskan diri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan menunda impor dari luar.
Selain itu Ibrahim juga menyakinisalah satu cara untuk menurunkan harga batubara adalah dengan perdamaian antara Rusia dan Ukraina sehingga jalur perdagangan kembali normal.
"Kalau Rusia-Ukraina sudah kembali normal kemudian sudah ada pembangunan-pembangunan di Ukraina. Pada saat Ukraina sudah selesai perangnya ya harga akan balik lagi, karena Rusia akan menarik pasukannya kembali dan hubungan diplomatik antara Rusia, Eropa, Inggris dan Amerika akan membaik," tutup Ibrahim.