Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) dalam laporannya menyebutkan, berdasarkan survei pemantauan harga minggu kedua Maret 2022, perkembangan harga pada Maret 2022 masih relatif terkendali.
Dengan adanya survei ini, Bank Sentral memperkirakan terjadi inflasi sebesar 0,48 persen secara bulanan (month to month/mtm).
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono mengatakan, penyumbang utama inflasi bulan ini ditempati oleh komoditas cabai merah, perhiasan emas, telur, hingga tempe.
Baca juga: Rusia Diambang Krisis, Inflasi 20 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Anjlok 8 Persen
“Penyumbang utama deflasi yaitu komoditas cabai merah sebesar 0,09 persen (mtm), emas perhiasan sebesar 0,05 persen (mtm), cabai rawit, telur ayam ras, dan bahan bakar rumah tangga masing-masing sebesar 0,04 persen (mtm)," jelas Erwin dalam keterangannya, Jumat (11/3/2022).
“Kemudian daging ayam ras, tempe, dan sabun detergen bubuk/cair masing-masing sebesar 0,03 persen (mtm), bawang merah, tahu mentah, dan daging sapi masing-masing sebesar 0,02 persen (mtm), serta jeruk dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm),” sambungnya.
Sementara, Bank Indonesia juga mencatat sejumlah komoditas yang mengalami deflasi. Yaitu adalah minyak goreng sebesar -0,05 persen (mtm) dan tomat sebesar -0,01 persen (mtm).
Baca juga: Pemerintah Siapkan 5 Langkah Strategis Pengendalian Inflasi 2022
Dengan adanya survei pemantauan harga, Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor dinamika penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu.
“Serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan,” pungkas Erwin.