News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Analis: Kenaikan Harga CPO Momentum Tepat Perusahaan Sawit Melantai di Bursa

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ilustrasi - Analis: Kenaikan Harga CPO Momentum Tepat Perusahaan Sawit Melantai di Bursa

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Chief Executive Officer PT Elkoranvidi Indonesia Investama Fendi Susiyanto menilai kenaikan harga minyak sawit mentah Crude Palm Oil (CPO) menjadi momentum tepat perusahaan sawit melakukan IPO.

Ia mendukung langkah PT Nusantara Sawit Sejahtera (NSS) yang berencana melantai di Bursa Efek Indonesia tahun ini.

"Sudah tepat jika perusahaan komoditas, termasuk CPO, melakukan IPO saat ini karena sedang ada momentumnya. Kalau segi prospek baik. Dari sisi sektoral memungkinkan," jelas Fendi  di Jakarta, Rabu (11/5/2022).

Baca juga: Bulan Ini, Dewan Sawit Indonesia Optimis Larangan Ekspor CPO Akan Dicabut

Di sisi lain, keberhasilan IPO juga sangat ditentukan oleh kesiapan internal perusahaan. 

Fendi menambahkan perusahaan sawit dapat mempersiapkan diri menangkap peluang bisnis dari momentum yang disediakan pasar.

Kesiapan internal yang dibutuhkan mulai dari SDM, kondisi keuangan, struktur perusahaan, hingga perpajakan. 

Kemudian, perusahaan juga harus memastikan bahwa pihak eksternal yang membawa IPO dapat menemukan kantong-kantong investor.

"Jangan sampai sektornya bagus, tetapi perusahaannya belum siap. Penentu IPO dari internal dulu. Efek pasar bisa cukup tinggi karena ini sektornya lagi bagus. Tapi kalau penasihat keuangan atau underwriter-nya kurang mumpuni, maka tidak bisa membawa IPO dengan baik," tambah Fendi.

Lebih jauh, Fendi mengemukakan sejumlah momentum yang berpotensi menjadi daya tarik IPO.

Baca juga: Kenaikan Pungutan Ekspor CPO Tidak Ganggu Kinerja Perusahaan Sawit

Di antaranya adalah harga CPO yang masih terus naik. Pasar saham menjadi pilihan mendapatkan tambahan modal karena pencairan kredit bank dibatasi selama pandemi.

Bagi investor, suku bunga bank rendah kurang menarik, sehingga diperlukan alternatif lain untuk menempatkan dana. 

Kondisi ini menyebabkan, investor pasar modal meningkat selama pandemi, terutama retail. Padahal selama ini pertumbuhan investor retail sangat lambat.

Fendi mengatakan, pemulihan ekonomi dunia dan perang Ukraina-Rusia juga akan meningkatkan permintaan CPO dari Indonesia, menyusul terhambatnya pasokan dan produksi minyak nabati dari kedua negara itu ke sejumlah negara, termasuk Eropa.

"Kalau kami lihat, ada potensi terjadinya super cycle commodity. Artinya, kenaikan cukup panjang dan cukup masuk akal. Terutama dari kasus global sudah recovery dan tumbuh lagi setelah pandemi. Permintaan bahan baku, terutama komoditas, naik," paparnya.

Sebelumnya, Komisaris PT Nusantara Sawit Sejahtera Robiyanto, mengatakan perusahaan perkebunan berbasis di Kalimantan ini berencana menggelar IPO tahun 2022. 

Tujuannya adalah meningkatkan kapasitas bisnis dan memastikan tata kelola perusahaan menjadi lebih akuntabel dan transparan karena menjadi milik publik.

"Target perolehan dana Rp 800 hingga Rp 900 miliar. Dana hasil IPO akan digunakan untuk membiayai kegiatan penanaman baru dan pembangunan pabrik," kata Robiyanto.

Dalam lima tahun ke depan atau tahun 2027, NSS menargetkan sudah memiliki lahan plasma seluas 9500 ha, dan 3 PKS dengan kapasitas masing-masing 60 ton per jam.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini