"Tapi kan' tidak berarti kemudian ekonomi domestik jelek. Artinya sepanjang ekonomi domestik bagus maka pelemahan-pelemahan ini sifatnya sementara," ujar Sutrisno saat dihubungi, Jumat (24/6/2022).
Namun, ucap Sutrisno, pelemahan nilai tukar rupiah akan berdampak terhadap industri-industri yang bahan baku dari impor. Terutama akan mengalami kenaikan biaya produksi.
"Manufakturing, alumunium, baja, dan sebagainya. Itu pasti biaya produksi akan naik. Karena kita akan membeli barang lebih mahal," tutur Sutrisno.
Hal tersebut akan memperlemah daya saing industri-industri yang sangat bergantung dari bahan baku luar negeri. Tapi di sisi lain, akan berdampak positif juga bagi industri-industri yang berorientasi ekspor.
"Karena tukar rupiah, membuat barang-barang kita jadi murah di mata pasar global. Sehingga bagi industri-industri berbasis bahan baku lokal, harus memanfaatkan ini sebaik-baiknya," kata Sutrisno.
Karena itu, Apindo berharap pemerintah bisa mendukung industri-industri yang berorientasi ekspor dan memberikan dukungan terhadap bahan baku lokal.
"Daya tahan ekonomi kita berbasiskan dukungan dalam negeri, tidak hanya UMKM tapi yang berbasiskan dalam negeri sumber daya seperti industri berbasis pertanian, karena itu kan' produksi dalam negeri, seperti perikanan. Kalau itu diberi nilai tambah itu akan memberi dorongan ekspor," imbuh Sutrisno.
Melemahnya nilai tukar rupiah, kata Sutrisno, memang memiliki dampak positif dan negatif. Contoh dampak negatif, yakni beban utang jadi tinggi.
"Karena utang kita dolar, dolarnya mahal. Industri penghasil dolar itu harus dikembangkan, supaya bisa mengimbangi kebutuhan dolar. Karena utang jadi berat, nanti kemampuan pemerintah membiayai APBN jadi terbatas," kata Sutrisno.
Sutrisno mengatakan, karena itu konsumsi rumah tangga harus tetap dipertahankan. Supaya bisa mempertahankan permintaan pasar. Upaya mendorong daya beli ini tetap penting supaya ekonomi tetap tumbuh karena konsumsi.
Diprediksi Masih Akan Melemah Pekan Depan
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pekan depan diprediksi masih akan melemah, seiring kuatnya tekanan sentimen negatif dari eksternal.
"Untuk perdagangan Senin depan, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif, namun ditutup melemah di rentang Rp 14.830 sampai Rp 14.890 per dolar AS," kata Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, Sabtu (25/6/2022).
Pada perdagangan kemarin, rupiah melemah tipis 7 poin walaupun sempat merosot 20 poin ke posisi Rp 14.847 dari penurupan hari sebelumnya Rp 14.840 per dolar AS.