Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) membangun pabrik BioCNG di areal pabrik kelapa sawit (PKS) Mayang, yang dikelola PTPN IV.
Dalam pembangunan pabrik BioCNG pertama di lingkungan PTPN Group, PTPN IV bekerja sama dengan PT KIS Biofuels Indonesia (PT KIS).
Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III M. Abdul Ghani mengatakan, pabrik BioCNG milik PTPN IV ini akan memiliki kapasitas produksi BioCNG hingga 210 MMBtu per hari atau setara 73.500 MMBtu per tahun.
Baca juga: Penerapan Pajak Karbon Berpotensi Meningkatkan Pendapatan Negara
Ia berharap, pabrik ini dapat beroperasi pada Semester II 2023, di mana nantinya akan berdampak pada kelestarian lingkungan dan penambahan portofolio bisnis berkelanjutan milik perseroan.
"Ketika Pabrik BioCNG di PKS Mayang ini mulai beroperasi, akan terjadi penurunan emisi karbon sebesar 25.000 ton CO2 per tahun," papar Ghani, Kamis (30/6/2022).
Menurutnya, pabrik BioCNG ini berbasis limbah cair kelapa sawit (POME), sehingga mendukung pencapaian target bauran energi baru terbarukan nasional juga mendukung pengendalian emisi gas rumah kaca dalam pembangunan nasional sesuai Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 98 Tahun 2021.
Baca juga: Menko Airlangga: Pajak Karbon Instrumen Pengendali Perubahan Iklim
Dalam usulan Program Strategis Nasional, kata Ghani, Holding Perkebunan Nusantara akan membangun enam unit Pabrik BioCNG, termasuk Pabrik BioCNG di PKS Mayang milik PTPN IV ini.
Adapun total potensi kapasitas keenam pabrik BioCNG milik PTPN Group dapat mencapai 1,3 juta MMBtu per tahun dan ditargetkan dapat terlaksana pengoperasia keenam pabrik tersebut pada 2026.
“Salah satu pilar transformasi perusahaan adalah akselerasi teknologi hijau di lingkup perusahaan. Kami berharap, pembangunan enam pabrik BioCNG ini, akan mendorong percepatan dan menambah bauran EBT di lingkup PTPN Group dan nasional," ujarnya.
Dalam proyek pembangunan enam pabrik BioCNG, PTPN Group akan bekerja sama dengan mitra strategis, yang telah memiliki portofolio bisnis di bidang biofuels, terutama perusahaan yang memiliki kompetensi dan pengalaman mengolah limbah sawit menjadi sumber EBT.