“Faktor pelemahan Rupiah yang berlanjut karena pasar keuangan masih dibayangi sentimen negatif. Investor terus mencermati risiko kenaikan Fed rate terhadap indonesia sehingga melakukan penjualan aset berisiko tinggi,” ungkap Bhima.
“Keluarnya dana asing juga dipicu data inflasi Juni yang cukup tinggi sejak 2017 menjadi kekhawatiran risiko stagflasi. Apalagi BI masih menahan suku bunga tentu risk-nya naik di market,” lanjutnya.
Dengan demikian, kondisi likuiditas didalam negeri bisa mengetat apabila pelemahan kurs terus terjadi. Karena pelemahan kurs menunjukkan adanya tekanan arus modal asing yang keluar.
Bhima juga mengatakan, pelemahan kurs dikhawatirkan memicu imported inflation atau kenaikan biaya impor terutama pangan.
Sejauh ini imported inflation belum dirasakan karena produsen masih menahan harga di tingkat konsumen. Tapi ketika beban biaya impor sudah naik signifikan akibat selisih kurs maka imbasnya ke konsumen juga.
“Cadangan devisa juga akan makin tertekan disaat arus modal keluar tinggi sekaligus kinerja ekspor komoditas mulai terkoreksi,” papar Bhima.
“Salah satu alasan pelemahan rupiah karena BI masih menahan suku bunga. Ditahannya suku bunga acuan membuat spread imbal hasil US Treasury dengan surat utang SBN semakin menyempit. Idealnya suku bunga sudah naik 50 basis poin sejak Fed lakukan kenaikan secara agresif,” pungkas Bhima.
Rupiah dan IHSG Siang Ini Jatuh, Rupiah Turun ke Posisi Terendah Sejak 4 Mei 2020
Kurs rupiah dan indeks harga saham gabungan (IHSG) hingga Rabu (6/7/2022) siang semakin tertekan.
Rupiah di pasar spot bertengger di posisi 15.022/dolar Amerika Serikat, turun dibanding posisi akhir Selasa (6/7/2022) kemarin yang Rp 14.994/dolar AS.
Ini adalah pelemahan terendah uang Garuda terhadap dolar AS sejak 2020 lalu.
Pada 4 Mei 2020, rupiah spot ditutup di posisi Rp 15.100 per dolar AS.
Dikutip dari Kontan.co.id, hingga perdagangan sesi I hari ini rupiah melemah 0,19 persen dibandingkan penutupan hari sebelumnya.
Pergerakan rupiah ini sejalan dengan mayoritas mata uang di kawasan Hingga pukul 12.00 WIB, peso Filipina yang anjlok 0,7 persen. Disusul, won Korea Selatan yang ambles 0,59 persen.