Apalagi saat ini ekspektasi The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 bps juga semakin menguat di kalangan pelaku pasar.
Selain itu, dia juga mengebut bahwa kurva imbal hasil US Treasury mengalami inversi setelah rilis data inflasi. Tercatat, yield US Treasury tenor 2 tahun lebih tinggi daripada yield US Treasury tenor 10 tahun.
“Ini semakin mengindikasikan bahwa terdapat potensi terjadinya resesi perekonomian AS. Alhasil, nilai tukar rupiah ke depan pun bisa terancam,” imbuh Josua.
Dalam jangka pendek, pelaku pasar disebut akan mencermati rilis data PPI dan jobless claim AS. Josua memperkirakan nilai tukar rupiah akan berada di rentang Rp 14.950 per dolar AS-Rp 15.050 per dolar AS pada Jumat (15/7).
Pengamat Pasar Keuangan sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, rupiah diprediksi masih bakal kembali melemah pada esok hari Jumat (15/7/2022).
Menurut analisanya, mata uang Garuda berpotensi melemah ke level Rp 15.060.
“Pada penutupan sore ini, mata uang rupiah kembali melemah, walaupun sebelumnya sempat melemah lebih dalam,” ucap Ibrahim, Rabu (14/7/2022).
Baca juga: Rabu Sore Rupiah Menguat Terhadap Dolar AS, Kini di Level Rp 14.985
“Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 15.010 hingga Rp 15.060,” sambungnya.
Dirinya melihat perkembangan nilai tukar dolar AS dipengaruhi berbagai faktor eksternal.
Menurutnya, dolar menguat terhadap mata uang lainnya pada Kamis, karena data inflasi AS yang tinggi mendorong ekspektasi pengetatan moneter lebih lanjut dari Federal Reserve AS.
Langkah The Fed tersebut untuk menekan kekhawatiran akan timbulnya resesi.
Lanjut Ibrahim, pasar memperkirakan kenaikan suku bunga Fed satu persentase poin di akhir bulan ini.
“Tak hanya AS, Bank sentral global lainnya juga melakukan pengetatan moneter untuk menurunkan harga komoditas yang melonjak,” pungkas Ibrahim.